Saham BBRI Nyaris Lengser Dari Runner Up IHSG, Kapan Diakumulasi ?
- 11 May 2020
- 0
Saham BBRI nyaris turun peringkat dari runner up IHSG. Market cap nya saat ini hanya berselisih 262 milyar dengan TLKM. Kapan diakumulasi ?
Sektor FINANCE Penentu IHSG Balik Arah atau Anjlok
Tekanan jual bertubi tubi terhadap sektor FINANCE dan BASIC-IND membuat IHSG gagal mengekor sentimen positif bursa global dan regional. IHSG menjadi satu satunya index regional yang terkoreksi di perdagangan hari Jumat. Salah satu penyebabnya adalah masih tingginya outflow asing di saham saham perbankan hingga -322 milyar. Hal ini membuat saham BBRI nyaris turun peringkat dari runner up IHSG. Market cap nya saat ini hanya berselisih 262 milyar dengan TLKM
Investor Khawatir dengan Rencana Bank Jangkar ?
Tidak seperti biasanya, sektor FINANCE yang cenderung menjadi penggerak IHSG kini harus terpuruk. Bila dibandingkan dengan pertumbuhan IHSG sejak April hingga May lalu yang tumbuh +3.2%, FINANCE justru malah terkoreksi -3.64%. Banyak yang khawatir dengan tingginya NPL bank bank utama seperti BBRI BMRI. Apalagi saat ini ada kabar OJK akan menjadi bank bank utama dan sistemik sebagai Bank Jangkar untuk jaga likuditas.
Kekhawatiran bahwa bank bank Buku IV khususnya BUMN ‘menyapih’ bank kecil sepertinya menjadi salah satu penyebab. Apalagi dengan praktek ‘penggabungan’ Bank Banten yang merugi ke Bank Jabar atas restu Istana dan OJK bisa saja terulang kembali. Tak heran saham saham bank besar alami koreksi yang cukup signifikan sepanjang April – Mei 2020
BBRI menjadi yang paling terpuruk hingga -10.58% disusul oleh BMRI -9.76%. BBCA masih lebih baik dari sektor FINANCE -3.64%, susut -2.28%. Hanya BBNI saja yang masih bisa tumbuh sepanjang April – Mei hingga +4.08%
BBRI Nyaris Disalip oleh TLKM Sebagai Runner Up IHSG
Saham Bank BUMN dengan nilai asset terbesar, BBRI yang biasanya memiliki rentang kapitalisasi berjarak lebar dengan TLKM kini harus terima kenyataan nyaris disalip. Selisih antara BBRI dan TLKM kini hanya tinggal 262 milyar.
Ada sentimen negatif yang bawa BBRI terus tertekan : mulai dari akan tingginya NPL dari sektor UMKM yang menjadi target utama BBRI hingga pemberian kredit kepada GIAA. Belum lagi soal issue penunjukan bank jangkar yang baru baru ini muncul kepermukaan. Tak heran sepanjang bulan April – Mei 2020 tekanan jual pada BBRI sangat tinggi dari investor asing. Jumlahnya cukup fantasis hingga lebih dari 3 Trilyun. Nilainya lebih besar dari ASII yang hanya -1.16 trilyun dan BBCA -871 milyar.
Kapan Idealnya Membeli BBRI ??? Bisakah Diakumulasi ?
Dengan harga penutupan kemarin 2590, BBRI sedikit berada di atas level support 2560. Bila level ini berhasil ditembus maka BBRI akan menuju ke level low 2440 support yang pernah dicapai pada tanggal 23 Maret 2020. Dengan MACD yang mengarah ke bawah (negatif direction) dan stochastic yang menunjukkan kekuatan bear masih dominan jadi tanda belum saatnya masuk.
Berdasarkan analisis fundamental, dengan harga sekarang PBV dari BBRI adalah 1.55x dengan book value 1670 (berdasarkan LK 2019). Bandingkan dengan BBNI yang di level 0.58x dan BMRI yang 0.96x. Bila diasumsikan bahwa BBRI akan punya level yang sama dengan BMRI sekarang maka ada yang berekspektasi untuk membeli di kisaran 1600-an.
Secara kasar, bila BBRI break low 2560 maka kita bisa expect untuk menunggu BBRI di rentang harga 2440 – 1600 untuk melakukan akumulasi bagi investor jangka panjang. Secara valuasi saham ini memang sudah murah, namun bila bisa mendapatkan harga lebih baik siapa yang tidak mau sih.
Sentimen Global Positif, Namun Containment COVID di Indonesia Belum Berhasil
Euphoria bursa saham global terkait pembukaan ekonomi di Eropa dan Amerika belum bisa sambangi Indonesia. Pelaku pasar di Wall Street seakan menegasikan data buruknya angka pengangguran dan tenaga kerja. Berfokus pada pembukaan aktivitas ekonomi di New York dan California sebagai 2 states terbesar.
DOW sudah kembali diatas level 24000 setelah naik +455 ke level 24331. S&P kokoh diatas level 2900 setelah naik +1.69% di perdagangan hari Jumat. NASDAQ juga break angka psikologis 9000 setelah naik +141 ke level 9121. Index volatilitas VIX yang gambaarkan tingkat kekhawatiran investor sudah dibawah level 30 turun -3.46 ke 27.98.
Kondisi ini menstimulus market regional yang berpeluang naik mengekor Wall Street yang berharap akan pembukaan ekonomi. Hal ini wajar karena di beberapa negara Asean seperti Malaysia, Singapore, Thailand dan Vietnam boleh dibilang cukup sukses redam COVID. Curva penambahan dan active cases melandai. Namun hal yang sama tidak terjadi di Indonesia, yang dua hari lalu justru catatkan penambahan active case tertinggi diatas level 500
Index Baru Akan Lepas Konsolidasi Bila FINANCE Balik Arah
Sudah 5 hari index terkonsolidasi di rentang 4567 – 4726. Belum ada tanda tanda apakah akan naik atau turun. Semua tergantung kepada saham saham perbankan. Bila terjadi lonjakan yang signifikan di saham bank utama seperti BBCA BBRI BMRI dan BBNI maka ada potensi index akan membaik. Namun bila asing masih terus lanjutkan aksi jualnya dan tidak ada sentimen baik di sektor lain maka ada potensi malah akan breakdown 4567.
Salah satu harapan yang bisa bawa index tertahan hari ini adalah dari saham saham MINING dan AGRI yang underlying komoditasnya alami penguatan. Saham saham seperti ELSA, MEDC, PTBA, ADRO, AALI, LSIP, SIMP bisa menjadi perhatian.
Selain itu ada saham saham lain yang bisa diperhatikan untuk trading cepat hari ini : JPFA TBIG SMGR SCMA MNCN KLBF WIKA BMRI INTP BTPS EXCL CPIN INCO UNTR TCPI JSMR AKRA ANTM ASII PGAS
Tone dan Manner Hari Ini : saham BBRI Nyaris Lengser dari Runner Up IHSG. Kapan Diakumulasi ?
Support – Resisten : 4510 – 4772