IHSG

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sempat dibuka menguat pada awal perdagangan ke level tertingginya di 7,304.51. Hanya beberapa menit berselang, IHSG melemah sampai ke titik terendah di level 7,197.82 dan ditutup minus -1.2% ke level 7,209.74. Sebanyak 214 saham menguat, 308 saham melemah, dan 245 saham sisanya ditutup flat. Total turnover IHSG pada H-1 pemilu mencapai 9.98 triliun, jumlah saham yang diperdagangkan sebesar 15.04 miliar, dan aktif ditransaksikan sebanyak 1,223,487 kali. Dari sisi teknikal, IHSG tidak mampu menguat diatas level 7,280 dan terkoreksi cukup dalam ke level 7,209. Amblesnya IHSG juga menembus dibawah EMA7 – MA20 masing masing di level 7,232 dan 7,219. Investor kami himbau untuk wait and see terhadap IHSG karena IHSG masih berpotensi melemah ke level bolllinger lower bands di 7,147. IHSG diproyeksikan bergerak sideways dengan rentang 7,100-7,280.

BUKA AKUN MNC SEKURITAS DENGAN KODE M01 DAN DAPATKAN FREE APPS SAHAMOLOGY SELAMA 2 BULAN

Sektoral Indeks

Sektoral IndeksHarga IndeksPerubahanPersentase
IDXBASIC1,222.63-25.12-2.01%
IDXCYCLIC846.77-1.71-0.2%
IDXENERGY2,086.64+0.89+0.04%
IDXFINANCE1,513.67-7.53-0.5%
IDXHEALTH1,327.68-7.62-0.57%
IDXINDUST1,083.63-1.84-0.17%
IDXINFRA1,514.79-15.39-1.01%
IDXNONCYC696.43-4.33-0.62%
IDXPROPERT695.67-4.81-0.69%
IDXTECHNO3,997.68-16.96-0.42%
IDXTRANS1,569.88+9.71+0.62%

Sektoral Indeks didominasi melemah seiring dengan amblesnya IHSG -1.2% ke level 7,209 pada perdagangan Selasa (13/2). 2 sektor yang berhasil menguat yaitu sektor transportasi (IDXTRANS) yang menguat +0.62% dan sektor energi (IDXENERGY) yang menguat tipis +0.04%. Saham HATM (Habco Trans Maritima) dan GIAA (Garuda Indonesia) berhasil mengerek sektor transportasi dengan masing-masing kenaikan 3.4% dan 3.03%. Disusul sektor energi yang dinahkodai oleh menguatnya saham BUMI (+4.65%) dan HRUM (+1.79%). Sedangkan sektor yang mengalami koreksi paling dalam adalah sektor industri dasar (IDXBASIC) -2.02% ke level 1,222. Penurnan IDXBASIC ditekan oleh longsornya saham Prajogo Pangestu seperti BRPT (-3.94%) dan TPIA yang nyaris ditutup ARB (-19.61%).

Saham Top Gainers

SahamTop Gainers
MKAP+34.19%
SURI+15.32%
HYGN+13.79%
WIDI+10%
KOKA+6.85%

Saham Top Losers

SahamTop Losers
PSDN-33.76%
MPIX-25%
PTPS-24.88%
TPIA-19.61%
BSML-17.08%

Saham Top Turnover

SahamTop Turnover (Juta)
BBRI875,642
BMRI724,084
BBCA643,508
BBNI442,229
ASII332,732

Saham Top Volume Shares

SahamTop Volume Shares
GOTO16,821,171
BUMI7,128,260
HYGN5,176,368
MKAP4,958,167
BULL3,268,365

Saham Top Frequency

SahamTop Frequency
LMAX72,897
HYGN59,988
MKAP38,113
MPIX32,299
PTMP30,499

Saham Top Net Foreign buy

SahamTop Net Foreign Buy
BBRI341,477
BMRI274,270
BBCA182,009
BBNI112,506
ASII65,750

Saham Top Net Foreign Sell

SahamTop Net Foreign Sell
UNVR58,164
FILM35,986
MDKA33,080
TPIA15,115
BNGA13,159

Berita Global

Inflasi US

Tingkat inflasi tahunan di AS kemungkinan melambat menjadi 2.9% pada Januari 2024, yang akan menjadi pembacaan terendah sejak Maret 2021, menyusul kenaikan singkat menjadi 3.4% pada bulan Desember. Dibandingkan dengan Desember, harga konsumen diperkirakan naik 0,2%, sesuai dengan kenaikan yang direvisi dalam dua bulan sebelumnya. Selain itu, inflasi inti tahunan diperkirakan akan melambat menjadi 3,7%, yang akan menjadi pembacaan terendah sejak April 2021. Dibandingkan dengan 3,9% pada bulan Desember, Tingkat bulanan kemungkinan tetap stabil di 0.3%. Inflasi telah berada dalam tren menurun setelah memuncak di 9,1% pada Juni 2022 di level tertinggi sejak awal 1980. sumber : TradingEconomics.com

Harga Batubara

Jakarta, CNBC Indonesia – Harga batu bara melemah setelah menguat tiga hari beruntun. Pelemahan ini terjadi seiring dengan sentimen diversifikasi energi baru terbarukan berbagai negara dan tingkat produksi yang lebih tinggi dibanding konsumsi secara global. Menurut data dari Refinitiv, pada perdagangan Senin (12/02/2024), harga batu bara ICE Newcastle kontrak Maret ditutup di angka US$ 123,5 per ton atau jatuh 1,67%. Pelemahan ini memutus penguatan harga batu bara yang berlangsung tiga hari sebelumnya. Penurunan harga batu bara tidak hanya dipengaruhi oleh faktor produksi, tetapi juga oleh sejumlah faktor global. Melansir Montel News, rencana pemerintah Jerman untuk membangun 10 GW pembangkit listrik berbahan bakar gas yang siap menggunakan hidrogen dinilai kurang ambisius oleh pasar dan dapat menghambat pengurangan penggunaan batu bara secara dini.

Sentimen koreksi harga juga dipicu oleh tingkat produksi India yang mengalami peningkatan. Meskipun India telah berkomitmen kuat untuk menggunakan sumber energi terbarukan seperti solar dan angin, batu bara masih digunakan untuk menghasilkan hampir tiga perempat listrik di negara tersebut. Mengutip Reuters, perusahaan yang berbasis di Kolkata ini, yang menyumbang 80% dari produksi batu bara tahunan negara tersebut, meningkatkan produksi batu bara sebesar 10,5% year-on-year (yoy). Beralih ke Australia, meskipun negara ini menempati peringkat kelima sebagai produsen batu bara terbesar pada 2021, negara ini menghadapi sejumlah tantangan. Pembatasan impor batu bara oleh China, dampak pandemi Covid-19 secara global, kelangkaan tenaga kerja, dan cuaca buruk akibat fenomena La Niña telah berdampak negatif pada produksi dan ekspor batu bara Australia.

Sementara itu, upaya Australia untuk mengurangi emisi dan beralih ke sumber energi terbarukan terus bergulir, tetapi produksi energi non-terbarukan masih tidak sejalan dengan upaya mitigasi perubahan iklim. Menurut laporan IEA, pada tahun 2030 emisi yang berasal dari penggunaan batu bara harus mencapai puncaknya dan menurun tajam agar tetap sesuai dengan target 1,5°C yang ditetapkan oleh Perjanjian Paris. Meskipun banyak negara dan perusahaan pengimpor batu bara telah berkomitmen mencapai emisi nol bersih pada 2050, Australia sebagai mitra dagang utama dengan kontribusi NDC-nya mungkin mengalami penurunan penggunaan batu bara.

Dengan batu bara masih digunakan dalam 64% produksi energi domestik, 32% total pasokan energi, dan 53% pembangkitan listrik. Kemungkinan besar dibutuhkan waktu cukup lama sebelum batu bara berhenti mendominasi sektor energi Australia, dikutip dari Mining Technologies. Dalam menghadapi tantangan dan peluang ini, berbagai negara perlu meningkatkan efisiensi produksi, menggencarkan diversifikasi sumber energi, dan aktif berpartisipasi dalam pasar energi global yang semakin dinamis. Kesadaran akan dampak lingkungan dan komitmen untuk mengurangi ketergantungan pada batu bara menjadi kunci dalam menjaga keseimbangan antara kebutuhan energi dan perlindungan lingkungan. Sumber : CNBC Indonesia

3 Saham Bersinyal Fresh Buy

1. BNII (Bank Maybank Indonesia)

BNII (Bank Maybank Indonesia) menguat tipis +0.81% ke level 250 pada perdagangan Selasa (13/2). Sinyal Sahamology merekomendasikan Fresh Buy untuk saham BNII dengan target kenaikan ke level 260-262. Secara teknikal BNII bergerak uptrend karena diperdagangkan diatas EMA7 dan MA20 masing masing di level 246. Indikator stochastic yang mengarah keatas. Batasi risiko jika BNII diperdagangkan dibawah 242.

2. HRUM (Harum Energy)

HRUM (Harum Energy) menguat +1.79% ke level 1,135 pada perdagangan Selasa (13/2). Sinyal Sahamology merekomendasikan Fresh Buy untuk saham HRUM dengan target kenaikan ke MA20 di level 1,200-1,210. Kenaikan tersebut divalidasi jika HRUM berhasil breakout dari EMA7 diatas level 1,150. Investor kami himbau untuk membatasi risiko ketika HRUM berada dibawah level 1,100 karena selama beberapa bulan terakhir HRUM berada dalam fase downtrend.

3. SRTG (Saratoga Investama Sedaya)

SRTG (Saratoga Investama Sedaya) berhasil ditutup menguat tipis +0.63% ke level 1,590 pada perdagangan Selasa (13/2). Sinyal Sahamology merekomendasikan Fresh Buy untuk saham SRTG dengan target kenaikan ke 1,665. Secara teknikal, SRTG berada dalam fase uptrend karena berada di atas level EMA7 dan MA20 masing masing di level 1,560 dan 1,570. Batasi risiko jika SRTG berada dibawah <1,550.

Download Sahamology Dan Dapatkan Fitur Screener Invest, Swing Trade, Day Trade Untuk Memudahkan Pengambilan Keputusan Investasi Kalian