IHSG

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup +0.19% ke level 7,255.76 pada perdagangan Rabu (31/7). Sebanyak 311 saham menguat, 282 saham melemah, dan 203 saham ditutup flat. Jumlah transaksi IHSG mencapai 13.16 triliun, jumlah saham yang diperdagangkan mencapai 22.74 miliar, dan aktif ditransaksikan sebanyak 923,480 kali.

Beberapa Sentimen yang menggerakan IHSG adalah investor global sedang menantikan FOMC Meeting oleh federal reserve yang akan diselenggarakan pada 30-31 Juli 2024. Jerome Powell mengindikasikan akan menahan suku bunga di level 5.25-5.5% pada Juli 2024. Ketegangan geopolitik timur tengah meningkat imbas pimpinan hamas, Ismail Haniyeh yang terbunuh di Iran. Hal tersebut berimbas kepada meningkatnya Gold diatas $2,400/oz dan membuat index dollar melemah ke level 104.23.

Secara teknikal IHSG berada dalam fase konsolidasi diantara kombinasi MA7&20 dengan rentang harga 7,266-7,273. Indikator stochastic melemah dan berada di bawah level middle 50. Investor kami himbau untuk mewaspadai potensi penurunan IHSG di bulan Agustus, dimana Inflasi RI bulan Juli-24 disinyalir menguat. Jika IHSG tekoreksi dibawah level 7,207, maka IHSG berpotensi untuk melanjutkan pelemahan ke level 7,023-7,026.

Sektoral Indeks

Sektoral IndeksHarga IndeksPerubahanPersentase
IDXBASIC1,363.62+9.81+0.72%
IDXCYCLIC759.28+3.04+0.4%
IDXENERGY2,451.41-0.8-0.03%
IDXFINANCE1,401.87+2.76+0.2%
IDXHEALTH1,449.40+13.44+0.94%
IDXINDUST1,040.73+16.12+1.57%
IDXINFRA1,575.40+13.96+0.89%
IDXNONCYC704.74-1.07-0.15%
IDXPROPERT641+4.06+0.64%
IDXTECHNO3,287.50-57.01-1.7%
IDXTRANS1,380.69+2.78+0.2%

Sektoral Indeks bergerak mayoritas di zona hijau pada perdagangan Rabu (31/7). Sebanyak 8 sektor menguat dan 3 sektor ditutup di zona merah ditengah IHSG menguat +0.19% ke level 7,255. Sektor yang menguat paling signifikan adalah sektor industrial (IDXINDUST) dengan kenaikan +1.57% ke level 1,040.73. Beberapa saham IDXINDUST yang menguat diantaranya adalah MARK (+4.47% ke 935), ASII (+3.96% ke 4,720), UNTR (+3.2% ke 25,800). Sedangkan sektor yang melemah paling dalam adalah sektor teknologi (IDXTECHNO) dengan penurunan -1.7% ke level 3,287.50. Beberapa saham IDXTECHNO yang melemah dalam diantaranya adalah GOTO (-3.64% ke 53), EMTK (-3.32% ke 408), MTDL (-2.42% ke 605).

Saham Top Gainer

SahamTop Gainer
HELI+25%
ISEA+18.10%
WIFI+16%
ITMA+13.73%
TSPC+13.43%

Saham Top Loser

SahamTop Loser
FWCT-11.72%
WIIM-11.31%
TBLA-9.93%
MBTO-8.91%
SBMA-5.76%

Saham Top Turnover

SahamTop Turnover
BBCA849,742
ASII797,064
BBRI788,321
BMRI634,808
TLKM597,219

Saham Top Volume Shares

SahamTop Volume Shares
GOTO28,294,293
BUKA5,422,546
WIFI2,972,492
BUMI2,489,780
TLKM2,074,408

Saham Top Frequency

SahamTop Frequency
ASII24,986
BBRI24,884
TLKM24,189
ISEA15,309
NICL15,067

Saham Top Net Foreign Buy

SahamTop Net Foreign Buy
BBCA260,202
BRIS69,501
UNTR65,549
AMRT60,228
ARTO43,626

Saham Top Net Foreign Sell

SahamTop Net Foreign Sell
BBRI327,140
BMRI183,665
TPIA59,669
BBNI43,585
TLKM37,967

Berita Emiten

EmitenNews.com – Bank Mandiri Tbk (BMRI) hingga semester I membukukan laba bersih Rp26,55 triliun atau tumbuh 5,22 persen secara tahunan (year on year) dibandingkan periode sebelumnya yang hanya mencapai Rp25.23 triliun. Dalam laporan keuangan yang dipublikasikan pada Rabu (31/7) disebutkan pertumbuhan laba ditopang oleh pendapatan bunga bersih (net interest income/NII) yang naik 3,75 persen yoy menjadi Rp49,08 triliun dari periode sebelumnya yang hanya mencapai Rp47,31 triliun.

Hingga semester I 2024 ini BMRI membukukan  pertumbuhan kredit hingga 20,46 persen (yoy), naik dari Rp1.272,07 triliun menjadi Rp1.532,35 triliun. Rinciannya kredit yang disalurkan mencapai Rp1.487,43 triliun atau naik 20,07 persen (yoy). Kemudian pembiayaan konsumen dari lini multifinance mencapai Rp39,38 triliun atau melesat 41,93 persen (yoy). Serta bisnis sewa pembiayaan sebesar Rp5.53 triliun, yang hanya naik 0,20 persen (yoy) pada semester I-2024.

Dari kinerja kredit tersebut, Bank Mandiri Group mencetak pendapatan bunga mencapai Rp72,22 triliun pada semester 2024. Angka ini tumbuh 12,51 persen dibandingkan dengan periode sama tahun lalu yang sebesar Rp64,19 triliun. Meski begitu, saat ini beban bunga BMRI juga ikut tumbuh tinggi yakni sebesar 37,07 persen (yoy) pada enam bulan tahun 2024. Sebagai perbandingan, beban bunga meningkat dari Rp16,88 triliun menjadi Rp23,14 triliun.

BUKA AKUN MNC SEKURITAS DENGAN KODE M01 DAN DAPATKAN FREE APPS SAHAMOLOGY SELAMA 2 BULAN DAN TAMBAHAN SALDO RDN 25%

Peningkatan laba juga terdorong oleh raupan pendapatan berbasis komisi atau fee based income secara konsolidasi sebesar Rp10,77 triliun pada semester I-2024 naik 14,37 persen yoy. Kemudian, penurunan nilai aset keuangan atau impairment yang susut 8,53 persen yoy menjadi Rp6,91 triliun. Ini pula yang selanjutnya ikut serta mendongkrak laba operasional perusahaan dapat meningkat 6,36 persen (yoy) menjadi Rp36,60 triliun.

Dengan hasil tersebut, laba bersih periode berjalan BMRI mencapai Rp29,27 triliun atau tumbuh 5,66 persen (yoy). Kemudian mengalir sebagai laba bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik sebesar Rp26,55 triliun atau meningkat 5,23 persen (yoy) pada semester I-2024. Sedangkan dari sisi kualitas, kredit bermasalah (non performing loan/NPL) secara gross dapat ditekan secara signifikan dari 1,53 persen ke posisi 1,01 persen. Sedangkan NPL neto bergerak sedikit naik dari 0,29 persen menjadi 0,35 persen. Adapun NPL konsolidasian Bank Mandiri tercatat sebesar 1,16 persen. Sumber : EmitenNews.com

Berita Global

Federal Reserve diperkirakan akan mempertahankan suku bunga dana federal pada level tertinggi dalam 23 tahun sebesar 5,25%-5,50% untuk pertemuan ke-8 berturut-turut pada bulan Juli 2024. Namun, pembuat kebijakan mungkin akan memberi sinyal potensi penurunan suku bunga pada bulan September di tengah tanda-tanda menurunnya inflasi dan pasar tenaga kerja yang kuat namun melambat. Pada bulan Juni, inflasi umum tahunan turun menjadi 3%, yang merupakan level terendah sejak Juni 2023, sementara tingkat inflasi inti mencapai level terendah dalam tiga tahun terakhir sebesar 3,3%.

Tingkat PCE tahunan juga turun menjadi 2,5% dari 2,6%. Tingkat PCE inti, yang merupakan ukuran inflasi pilihan bank sentral, tetap berada di angka 2,6%, jauh di bawah puncaknya pada tahun 2022. Selain itu, tingkat pengangguran berada pada angka tertinggi pada tahun 2021 sebesar 4,1%, pembayaran gaji melambat dan PHK meningkat. sumber: TradingEconomics.com

Berita Domestik

EmitenNews.com – Lembaga pemeringkat S&P kembali mengafirmasi Sovereign Credit Rating Republik Indonesia pada peringkat BBB, satu tingkat di atas investment grade, dengan outlook stabil pada 30 Juli 2024. Dalam siaran pers BI (30/7) disebutkan S&P meyakini bahwa prospek pertumbuhan ekonomi Indonesia akan tetap solid, ketahanan eksternal dan beban utang Pemerintah yang terjaga, didukung oleh kerangka kebijakan moneter dan fiskal yang kredibel.

Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo, merespons keputusan S&P tersebut dengan menyatakan bahwa afirmasi rating Indonesia pada peringkat BBB oleh S&P memperkuat keyakinan lembaga pemeringkat utama seperti Fitch dan Moody’s yang terlebih dahulu memberikan afirmasi atas rating Indonesia pada awal tahun ini.


“Afirmasi ini juga mencerminkan kepercayaan dunia internasional terhadap prospek perekonomian Indonesia yang baik, serta keyakinan terhadap langkah-langkah sinergi kebijakan yang ditempuh oleh Pemerintah dan Bank Indonesia,” kata Perry dalam keterangan resminya. Bank Indonesia terus memperkuat koordinasi kebijakan dengan Pemerintah untuk memastikan terjaganya stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan yang mendukung pertumbuhan ekonomi berkelanjutan di tengah tantangan ketidakpastian global.


S&P memproyeksikan rata-rata pertumbuhan ekonomi Indonesia selama tiga sampai empat tahun ke depan akan tetap terjaga sekitar 5,0%. Pertumbuhan ekonomi tersebut didorong oleh permintaan domestik yang tetap kuat, serta belanja Pemerintah dan investasi swasta yang meningkat. Sementara, S&P memandang ketahanan sektor eksternal akan tetap terjaga pada jangka menengah. Kinerja sektor eksternal tersebut didukung oleh prakiraan kenaikan ekspor sejalan dengan implementasi kebijakan hilirisasi di tengah pelemahan harga komoditas.


Lebih lanjut, S&P juga mengapresiasi komitmen Pemerintah Indonesia untuk menjaga inflasi yang terjaga sejak tahun 2010. S&P memproyeksikan inflasi pada tahun 2024-2025 akan berada pada kisaran target 2,5%+1%, masing-masing sebesar 2,8% dan 3,0%. Selain itu, inovasi strategi operasi moneter yang pro-market dengan penggunaan instrumen berbasis pasar dinilai semakin meningkatkan fleksibilitas kebijakan moneter.


Pada sektor fiskal, S&P memandang Pemerintah tetap berkomitmen untuk menjaga defisit fiskal di bawah 3% dari PDB. Secara umum, S&P meyakini Pemerintahan baru akan memperhatikan aspek keberlanjutan kebijakan guna menjaga kredibilitas serta menghindari disrupsi ekonomi dan keuangan yang signifikan. S&P sebelumnya mempertahankan Sovereign Credit Rating Indonesia pada BBB dengan outlook stabil pada 4 Juli 2023.(*) Sumber : EmitenNews.com

3 Saham Bersinyal Fresh Buy

1. TPMA (Trans Power Marine)

TPMA (Trans Power Marine) ditutup menguat +2.88% ke level 715 pada perdagangan Rabu (31/7). Sinyal Sahamology merekomendasikan Fresh Buy untuk TPMA dengan target kenaikan ke 735-770. Secara teknikal, TPMA berada di fase konsolidasi cenderung uptrend diatas kombinasi MA7&20 dengan rentang 702-713. Indikator stochastic menguat dan rebound dari area oversold. Batasi risiko jika TPMA diperdagangkan dibawah 690.

2. BDMN (Bank Danamon)

BDMN (Bank Danamon) ditutup menguat +0.78% ke level 2,590 pada perdagangan Rabu (31/7). Sinyal Sahamology merekomendasikan Fresh Buy untuk BDMN dengan target kenaikan ke 2,650-2,710. Secara teknikal, BDMN berada di fase konsolidasi cenderung uptrend diatas kombinasi MA7&20 dengan rentang 2,578-2,590. Indikator stochastic menguat dan rebound dari area oversold. Batasi risiko jika BDMN diperdagangkan dibawah 2,500.

3. ASII (Astra International)

ASII (Astra International) ditutup menguat +3.96% ke level 4,720 pada perdagangan Rabu (31/7). Sinyal Sahamology merekomendasikan Fresh Buy untuk ASII dengan target kenaikan ke 5,000-5,075. Secara teknikal, ASII berada di fase uptrend diatas kombinasi MA7&20 dengan rentang 4,539-4,589. Indikator stochastic menguat dan berada di area overbought. Batasi risiko jika ASII diperdagangkan dibawah 4,640.

Bersama Sahamology Trading Easy and Profitable