IHSG

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melemah tipis -0.03% ke level 7,250 pada perdagangan Senin (8/7). Sebanyak 318 saham menguat, 256 saham melemah dan 223 saham ditutup flat. Jumlah transaksi IHSG mencapai 10.76 triliun, jumlah saham yang diperdagangkan mencapai 18.85 miliar dan aktif ditransaksikan sebanyak 1,273,187 kali.

Beberapa Sentimen yang menggerakan IHSG adalah data NFP yang melemah pada Bulan Juni-24 sebesar 206,000 dibandingkan 272,000 pada Mei-24. Dollar pun melemah dan Rupiah pun berhasil menguat. Investor sedang menantikan rilisnya data Inflasi AS yang akan dipublikasikan pada Kamis (11/7). Investor berspekulasi bahwa Federal Reserve akan menurunkan suku bunga 1x hingga akhir tahun 2024. Sedangkan Investor lokal sedang menantikan rilisnya data laporan keuangan Q2-2024 terhadap emiten berfundamental solid.

Secara teknikal, IHSG masih berada dalam fase uptrend diatas kombinasi MA7&20 dengan rentang harga 6,970-7,169. Indikator masih stabil berada di area overbought. IHSG rawan koreksi setelah menyentuh area fibonacci retracement 0.618-0.786 dengan rentang 7,116-7,229. Investor asing melakukan distribusi sebesar 138 miliar di IHSG dengan penjualan terbanyak di BMRI sebesar 299 miliar dan akumulasi terbanyak di BBCA sebesar 255 miliar.

Sektoral Indeks

Sektoral IndeksHarga IndeksPerubahanPersentase
IDXBASIC1,390.64-3.10-0.22%
IDXCYCLIC738.37+8.82+1.21%
IDXENERGY2,440.14-10.81-0.44%
IDXFINANCE1,372.13-2.71-0.2%
IDXHEALTH1,447.18+18.2+1.27%
IDXINDUST997.72+11.58+1.17%
IDXINFRA1,572.48+23.95+1.55%
IDXNONCYC708.69+9.01+1.29%
IDXPROPERT613.64+13.53+2.25%
IDXTECHNO3,299.93+39.6+1.21%
IDXTRANS1,303.39+2.49+0.19%

Sektoral Indeks mayoritas ditutup di zona hijau pada perdagangan Senin (8/7). Sebanyak 8 sektor menguat dan 3 sektor melemah ditengah penurunan tipis IHSG -0.03% ke level 7,250. Sektor yang menguat paling signifikan adalah sektor property (IDXPROPERT) dengan kenaikan +2.25% ke level 613.64. Beberapa saham IDXPROPERT yang menguat adalah PWON (+4.79% ke 394), CTRA (+4.29% ke 1,215), SMRA (+3.77% ke 550). Sedangkan sektor yang menekan IHSG adalah sektor energi (IDXENERGY) dengan koreksi -0.44% ke level 2,440.14. Beberapa saham IDXENERGY yang melemah adalah AKRA (-3.19% ke 1,515), MEDC (-1.8% ke 1,360), ABMM (-1.08% ke 3,660).

Saham Top Gainer

SahamTop Gainer
GOLF+35%
WIKA+34.75%
BLES+34.43%
ISEA+24.8%
WTON+22.67%

Saham Top Loser

SahamTop Loser
ATLA-22.22%
ESTA-16.67%
PART-16.03%
JARR-15.09%
KKGI-10.71%

Saham Top Turnover

SahamTop Turnover
BBRI1,057,481
BMRI867,649
BBCA729,339
BRPT485,052
TLKM382,433

Saham Top Frequency

SahamTop Frequency
ATLA109,760
GOLF87,659
BBRI43,413
BRPT33,997
ISEA24,063

Saham Top Volume Shares

SahamTop Volume Shares
ATLA23,437,702
GOLF11,507,732
GOTO5,202,138
BRPT4,288,557
WIKA4,004,601

Saham Top Net Foreign Buy

SahamTop Net Foreign Buy
BBCA254,971
TPIA42,455
SMGR32,852
ANTM28,192
BRPT27,714

Saham Top Net Foreign Sell

SahamTop Net Foreign Sell
BMRI299,049
BBRI266,793
ASII76,730
BBNI50,471
AMMN34,141

Berita Global

Minyak mentah berjangka WTI turun di bawah $83 per barel pada hari Senin, memperpanjang penurunan dari sesi sebelumnya karena para pedagang terus menilai data ketenagakerjaan AS yang beragam dari minggu lalu. Laporan pada hari Jumat menunjukkan bahwa data penggajian non-pertanian (non-farm payrolls) mengalahkan perkiraan, namun tingkat pengangguran naik ke level tertinggi dalam dua setengah tahun dan pertumbuhan upah turun ke level terendah dalam tiga tahun.

Angka-angka terbaru meningkatkan kekhawatiran terhadap perekonomian AS dan dunia. konsumen minyak terbesar, berpotensi melambat dan mempengaruhi permintaan minyak. Selain itu, meningkatnya kemungkinan gencatan senjata di Gaza menutupi prospek permintaan bahan bakar yang kuat di musim panas. Sementara itu, investor memantau risiko pasokan energi karena pelabuhan terbesar di Texas masih ditutup menjelang Badai Tropis Beryl, yang diperkirakan akan menguat menjadi badai dan melanda hari ini. Sumber : TradingEconomics.com

Berita Emiten

EmitenNews.com – Gregory Hendra Lembong mengurangi kepemilikan saham Bank BCA (BBCA). Itu ditunjukkan dengan melepas 197.500 saham perseroan. Transaksi penjualan telah dipatenkan pada 3 Juli 2024. Pelaksanaan penjualan dilakukan dengan harga Rp10 ribu per lembar. Nah, dengan skema harga tersebut, salah satu direktur perseroan itu, meraup dana taktis sekitar Rp1,97 miliar. 

Sebagai konsekuensi dari transaksi itu, timbunan saham BCA dalam portofolio Gregory mengalami sedikit pengurangan. Yaitu, tepatnya berkurang menjadi 977,547 lembar setara dengan porsi kepemilikan 0,001 persen. Mengalami reduksi dari sebelum transaksi dengan koleksi 1,17 juta eksemplar. Timbunan saham sebelum transaksi itu, selevel dengan 0,001 persen. ”Transaksi penjualan untuk kepentingan internal,” tegas Raymon Yonarto, Corporate Secretary BCA. (*) Sumber : EmitenNews.com

Berita Domestik

EmitenNews.com – Rasio utang terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia meningkat tajam dari 30,6 persen pada 2019 menjadi 39,3 persen pada 2023. Warisan utang pemerintahan Jokowi tersebut membuat pemerintahan Prabowo – Gibran memiliki beban utang jatuh tempo dengan besaran total Rp 3.749 triliun pada tahun 2025 hingga 2029. Presiden baru telah merencanakan banyak program yang membutuhkan anggaran yang sangat besar. Bagaimana analisis dari para peneliti INDEF menanggapi fenomena ini?

BUKA AKUN MNC SEKURITAS DENGAN KODE M01 DAN DAPATKAN FREE APPS SAHAMOLOGY SELAMA 2 BULAN DAN DAPATKAN TAMBAHAN SALDO 25%


Menurut Eko Listiyanto – Direktur Pengembangan Big Data – INDEF, peningkatan defisit pada RAPBN, yang mana persentase defisit dianggarkan berkisar hingga 2,82 persen, merupakan keputusan yang cukup berisiko. Persentase ini membuat ruang maneuver untuk antisipasi gejolak ekonomi menjadi sangat terbatas, yaitu hanya sekitar Rp 30 triliun. Rilisnya RAPBN 2025 ini membuat publik serta sektor bisnis menjadi resah terhadap situasi ekonomi di masa mendatang.


Menggunakan analisis big data media sosial, peningkatan utang dianggap menjadi beban yang kurang bermanfaat dan seharusnya tidak diprioritaskan, sementara pemerintahan mendatang dianggap tidak dapat menyelesaikan/menangani permasalahan warisan utang.Hal ini justru berlawanan dengan teori ekonomi yang seringkali menyatakan bahwa ekspansi pengeluaran pemerintah biasanya disambut dengan baik oleh publik. Namun, reaksi ini rasional apabila melihat dari sektor bisnis yang juga semakin pesimis.

Oleh karena itu, realisasi belanja anggaran harus rasional, yang mana target defisit moderat alih-alih agresif. Selain defisit fiskal, defisit neraca transaksi berjalan juga harus diperhatikan karena menggambarkan kestabilan cadangan devisa. Menurut Eisha M. Rachbini – Direktur Program – INDEF, kondisi APBN saat ini tidak baik-baik saja. Apabila melihat tren dalam beberapa dekade terakhir, terjadi pelebaran yang cukup signifikan antara penerimaan dengan belanja negara sejak pemerintahan Jokowi.


Profil belanja negara sendiri juga masih didominasi oleh pembayaran bunga utang, baru kemudian oleh belanja negara. Belanja modal sendiri masih rendah, bahkan lajunya cenderung menurun. Indonesia juga harus mengantisipasi jatuh tempo piutang 2025 yang mencapai Rp 800 triliun. Oleh karena itu, pemerintah harus memprioritaskan program yang memiliki efek multiplier yang tinggi, serta menunda program yang membebani fiskal. Dalam pelaksanaannya pun, pemerintah harus tetap prudent dalam pelaksanaannya, dengan tidak mengorbankan kapabilitas di masa mendatang dengan belanja jangka pendek.


Menurut Imaduddin Abdullah – DIrektur Kolaborasi Internasional – INDEF, salah satu sasaran utama visi Indonesia emas 2045 adalah pendapatan per kapita setara dengan negara maju. Demi mencapai hal tersebut, pendapatan per kapita harus mencapai minimal 7 persen dengan target optimum 8 persen. Namun, realitanya Indonesia sulit mencapai pertumbuhan 7 persen. Demi mencapai pertumbuhan tinggi, dibutuhkan peningkatan investasi dari 2,5 persen ke 3 persen dan peningkatan produktivitas dari 1 persen menjadi 1,4 persen.

FDI Indonesia cenderung lebih rendah dibanding negara-negara tetangga padahal FDI berperan penting untuk menarik pendanaan dan dapat menstimulasi produktivitas. Perbaikan iklim investasi penting untuk dilakukan dan FDI dapat diarahkan pada sektor yang mendukung industrialisasi. Anggaran pendidikan dan riset Indonesia masih relatif kecil sehingga menghambat perkembangan keterampilan dan pengetahuan masyarakat.


Sejumlah dilema dari kebijakan fiskal Prabowo – Gibran adalah perlu menjaga defisit fiskal dan pembiayaan pembangunan di saat yang bersamaan, perlu melakukan mobilisasi penerimaan tanpa memberikan dampak negatif terhadap pertumbuhan ekonomi, serta melakukan stimulus fiskal untuk jangka pendek sembari menjaga stabilitas dan kesehatan fiskal jangka panjang.(*) Sumber : EmitenNews.com

3 Saham Bersinyal Fresh Buy

1. TLKM (Telekomunikasi Indonesia)

TLKM (Telekomunikasi Indonesia) ditutup menguat +1.99% ke level 3,080 pada perdagangan Senin (8/7). Sinyal Sahamology merekomendasikan Fresh Buy untuk TLKM dengan target kenaikan ke 3,400-3,430. Secara teknikal, TLKM berada dalam fase uptrend diatas kombinasi MA7&20 dengan rentang area 2,968-3,031. Indikator Stochastic mendekati area overbought. Batasi risiko jika TLKM diperdagangkan dibawah <2,950.

2. ASII (Astra International)

ASII (Astra International) ditutup menguat +1.31% ke level 4,640 pada perdagangan Senin (8/7). Sinyal Sahamology merekomendasikan Fresh Buy untuk ASII dengan target kenaikan ke 4,800-5,075. Secara teknikal, ASII berada dalam fase uptrend diatas kombinasi MA7&20 dengan rentang area 4,484-4,563. Indikator Stochastic menguat dan stabil di area overbought. Batasi risiko jika ASII diperdagangkan dibawah <4,500.

3. DSNG (Dharma Satya Nusantara)

DSNG (Dharma Satya Nusantara) ditutup menguat +1.60% ke level 635 pada perdagangan Senin (8/7). Sinyal Sahamology merekomendasikan Fresh Buy untuk DSNG dengan target kenaikan ke 660-675. Secara teknikal, DSNG berada dalam fase konsolidasi diantara kombinasi MA7&20 dengan rentang area 628-635. Indikator Stochastic terkonsolidasi dibawah level middle 50. Batasi risiko jika DSNG diperdagangkan dibawah <610.

Bersama Sahamology Trading Easy and Profitable