Sektor ritel menjadi salah satu bisnis yang berhubungan langsung dengan produsen hingga konsumen. Ketersediaan produk menjadi salah satu yang terpenting agar bisnis ritel dapat berjalan dengan lancar. Produk-produk yang tersedia akan tercatat di dalam laporan keuangan sebagai inventory. Biasanya pembayaran produk kepada produsen melalui mekanisme perjanjian seperti berapa lama pelunasan atas pembelian barang tersebut, jadi tidak langsung dibayarkan lunas pada saat pembelian.

Ada beberapa rasio khusus yang harus diperhatikan oleh investor untuk melihat kinerja perusahaan ritel secara fundamental. Ini dilakukan untuk mengetahui tingkat ketahanan perusahaan secara jangka panjang, profitabilitas dari perusahaa, efisiensi secara jangka pendek serta operasional bisnis secara keseluruhan. Berikut ini jenis-jenis rasio keuangan sektor ritel yang wajib investor ketahui

Baca Juga: Presiden ke Mall, Tanda Pulihnya Sektor Ritel

Current Ratio (CR)

Sebagai perusahaan yang bergerak di sektor ritel tidaklah mudah untuk menjual produknya secara cepat dalam jumlah yang besar. Fluktuasi penjualan menjadi tantangan tersendiri bagi perusahaan-perusahaan yang bergerak di bisnis ini. Maka dari itu, memiliki aset lancar yang kuat menjadi hal penting untuk menjaga likuiditas.

Current Ratio digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam melunasi kewajiban jangka pendeknya. Peruasahaan yang memiliki nilai current ratio lebih dari satu artinya kewajiban jangka pendek yang dimiliki masih dapat dibayarkan menggunakan aset lancar.

Rumus Current Ratio (CR) sebagai berikut:

CR = Aset Lancar / Liabilitas Lancar

Current Ratio: 5192108153404 / 722537447543 = 7,18

Quick Ratio (QR)

Pada umumnya Quick Ratio membagi kas dan setara kas dan piutang dengan utang lancarnya. Hampir mirip seperti current ratio, hanya saja di dalam quick ratio membatasi jenis aset yang dapat digunakan untuk membayar kewajiban.

Nilai quick ratio yang tinggi akan menjual lebih sedikit aset yang dimiliki apabila perusahaan harus dilikuidasi. Quick ratio juga dinilai sebagai kekuatan likuiditas secara jangka pendek.

Rumus dari Quick Ratio (QR) sebagai berikut:

QR = (Total Aset Lancar – Persediaan) / Liabilitas Lancar

Quick Ratio: (5192108153404 – 2367948502132) / 722537447543 = 3,9

Gross Profit Margin (GPM)

Margin laba kotor berguna bagi manajemen dan investor karena memperkirakan persentase markup dari produk yang terjual. Tentu saja, margin kotor yang lebih tinggi lebih menarik bagi investor karena menyisakan lebih banyak uang untuk dibayarkan sebagai dividen. Karena seluruh inventaris suatu perusahaan ritel terdiri dari produk siap jual, ini berarti laba kotor berbanding lurus dengan semua produk yang tersedia di toko.

Rumus dari Rasio Gross Profit Margin sebagai berikut:

GPM = Laba Kotor / Pendapatan

GPM: 3212648831788 / 6453362698900 = 0,4978 atau 49,78%

Inventory Turnover

Bisnis ritel memiliki persediaan yang harus dijaga dan dikelola. Barang yang terlalu lama disimpan bisa jadi sudah kadaluwarsa atau usang sehingga tidak bisa dijual. Tingkat persediaan yang terlalu lama disimpan dalam penyimpanan tidak baik bagi manajemen dan investor karena menunjukkan perputaran yang lambat, penjualan yang lambat, dan kemungkinan kegagalan untuk memenuhi target laba. Hal ini membuat perusahaan ritel dengan perputaran persediaan yang tinggi lebih menarik bagi investor.

Rumus dari Inventory Turnover sebagai berikut:

Inventory Turnover = 𝐵𝑒𝑏𝑎𝑛 𝑃𝑜𝑘𝑜𝑘 𝑃𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛 / 𝑅𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑑𝑖𝑎𝑎𝑛

Inventory Turnover: 2367948502132 / ((3330713867112 + 3753585066580) / 2) = 0,67

Interest Coverage Ratio

Bisnis ritel dapat memiliki biaya bunga sebagai bagian dari biaya modal haris pinjaman dari kreditur, atau biaya operasional seperti sewa gedung dan peralatan. Rasio ini mengukur kemampuan operasional perusahaan untuk menutupi biaya pembiayaan atau biaya bunga yang dikeluarkan oleh pinjaman berbunga dari pihak eksternal.

Rumus dari Interest Coverage Ratio sebagai berikut:

Interest Coverage Ratio = EBIT / Beban Bunga

Interest Coverage Ratio: (858919125667 + 63636537449) / Beban Keuangan

Baca Juga: Contekan Sahamology Edisi 6 Februari 2023

EBIT Margin

Perusahaan dapat menggunakan rasio ini untuk menentukan tingkat profitabilitas dari setiap produk yang dijual tanpa mempertimbangkan faktor suku bunga pinjaman, yang tidak terkait langsung dengan proses penjualan produk. EBIT Margin termasuk biaya administrasi dan biaya penjualan dalam perhitungan, dan pengecualian terhadap biaya pinjaman yang tidak mempengaruhi profitabilitas aktivitas penjualan.

Rumus dari EBIT Margin sebagai berikut:

EBIT Margin = EBIT / Pendapatan

EBITM: (858919125667 +  63636537449) / 6543362698900

Return On Asset (ROA)

Rasio ini sangat penting untuk bisnis ritel yang mengandalkan manajemen inventaris untuk menghasilkan pendapatan. Seorang investor dapat membandingkan ROA perusahaan ritel dengan rata-rata industri untuk menentukan seberapa efektif sistem harga perusahaan menghasilkan perputaran persediaan.

Rumus dari Return On Asset (ROA) sebagai berikut:

ROA = Laba Bersih / Total Aset

ROA: 718802339551 / 7189816371434 = 0,10

Dengan penjelasan rasio-rasio tersebut, seorang investor bisa mengetahui apakah kondisi saham ritel yang di koleksi dalam kondisi baik atau tidak.