Trader saham itu hidup dari naik turunnya pergerakan harga, naik turunnya market (baca IHSG). Ini artinya: market naik maupun turun, seorang Trader Saham harus bisa memperoleh keuntungan, entah itu bagaimana caranya.

Trader saham itu hidup dari naik turunnya pergerakan harga, naik turunnya market (baca IHSG). Ini artinya: market naik maupun turun, seorang Trader Saham harus bisa memperoleh keuntungan, entah itu bagaimana caranya. Kalau dari pengalaman saya sih… cari keuntungan ketika market bullish, memang lebih mudah jika dibandingkan ketika market bearish. Tapi.. apa ada itu yang namanya market bullish terus? Tentu saja gak ada. Market itu, menghabiskan waktunya sekitar 2/3 dalam keadaan bullish, membangun trend naik. Sisanya yang 1/3, ya memang marketnya berada dalam periode bearish. Market naik dan turun itu biasa.

Karena market naik turun itu biasa, seorang trader biasanya, harus mampu memprediksi pergerakan harga naik dengan pergerakan harga turun, dengan sama baiknya, dengan kualitas yang sama bagusnya. Jangan sampai kejadian.. kalau market bullish.. nongol terus.. rekomendasi ini itu, bikin seminar sana sini, muncul di public expose sana sini. Tapi.. begitu market bearish, feelingnya ikut seperti beruang: tinggal di dalam gua.. hibernasi. Nunggu kalau market bullish lagi. Kalau sampai ada orang yang nanya: loh Pak… saham yang anda rekomendasikan kemarin.. kok sekarang turun 30%? Bagaimana ini? Saya sudah ikutan beli 100 lot!! Jawabannya kalem dan santai: Bapak punya 100 lot. Saya punya 100.000 lot, Tenang saja Pak.. kita dugem (duduk gementaran) bersama-sama (sambil sama-sama tersenyum kecut).

Salah satu contoh prediksi bullish.. itu seperti dibawah ini:

Gile .. triangle break out ke atas.. targetnya jauh banget. Kalau kita melakukan posisi beli.. cuannya banyak banget. Kita lihat targetnya deh: Oh.. 5100 – 5150 toh.. lumayan juga. Chart apa sih ini.. IHSG ya? Oh.. IHSG bisa naik sampai 5100 – 5150. Loh sik… sebentar. IHSG kan terakhir kemarin masih di 5882? Kok bisa naik ke 5100-5150? Kalau ke 5100 – 5150.. bukannya IHSG turun?

Nah.. fasilitas itu .. sebenarnya adalah fasilitas yang paling saya suka dari software Metastock. Softwave Metastock itu memberi kesempatan bagi kita untuk membuat sebuah grafik inverted. Inverted itu artinya terbalik. Lihat saja itu skala yang ada di sebelah kanan: angkanya kan agak aneh tuh.. yang atas angka kecil… yang bawah angkanya besar. Grafik itu memang terbalik. Tidak seperti grafik yang biasanya dipake oleh sebagian besar orang.

Mengapa Pak Tommy membalik Chart? Apa memang ada alasan khusus?

Terkadang.. saya membalik chart memang karena saya ingin mendapatkan pandangan yang lebih obyektif mengenai sebuah pergerakan harga. Prediksi saya pakai untuk IHSG, sejauh ini memang masih dalam skenario trend channel yang bentuknya seperti ini.

IHSG masih berada dalam trend channel.. suport sekitar level 5850. Artinya: selama masih diatas level 5850, IHSG memang masih ada ‘harapan’. Trend jangka pendek IHSG memang sudah berada dalam trend turun.. tapi masih ada ‘harapan’.

Loh.. lantas.. prediksi IHSG 5100 – 5150 itu buat apa? Untuk menakut-nakuti orang?

Saya itu manusia. Saya tidak luput dari kesalahan. Karena saya sadar bahwa saya tidak selalu benar, maka saya kadang kala memang ‘mencari perspektif lain’. Dengan kata lain.. prediksi IHSG 5100 – 5150 itu tadi.. ya merupakan ‘prediksi alternatif’ .. minimal agar supaya saya sadar.. bahwa resiko terbesar saat ini adalah.. apabila IHSG turun sampai ke sana. Artinya (lagi) .. kalau IHSG sedang trend turun, saya gak akan terlalu ngelawan. Saya mendingan trend following.. nunggu sampai market reversal ke atas, baru mulai positioning lagi. Saya gak akan terlalu memaksa untuk hold barang.

Pak.. emang masuk akal kalau IHSG turun ke 5100 – 5150? Alasannya apa?

Sejauh ini sih.. posisi dari pemodal asing juga tidak tinggal tidak terlalu banyak. Kinerja emiten juga sebenarnya tidak terlalu buruk. Kondisi ekonomi juga stagnan, stagnan di gak terlalu baik. Tapi.. apakah kemudian bakal bisa memburuk drastis, sepertinya juga tidak. Artinya: alasan bagi IHSG untuk terkoreksi cepat dan dalam, secara fundamental juga tidak ada.

Satu-satunya yang bisa bikin IHSG turun drastis adalah: Jika kemudian Krisis Reksadana Gorengan yang sudah terjadi sejak bulan November, kemudian merembes ke Reksadana Big Caps. Nah.. itu memang masalah besar. Faktor lain juga masalah Corona Virus. Kalau kemudian sentimen global memburuk gara-gara masalah ini. Nah.. itu masalah baru. Meski… sejauh ini, wabah itu terlihat belum masuk di Indonesia, meski Singapore dan Korea kondisinya sudah terlihat mulai buruk.

So.. apakah IHSG benar-benar mau mengalami koreksi yang cukup lumayan?

Kita lihat deh… saya tidak berani memastikan. Tapi.. setidaknya .. ingat pesan saya:

Sebagai seorang trader, kita harus bisa memprediksi pergerakan harga naik dan turun dengan sama baiknya. Kalau tidak… kita berada dalam masalah yang besar. Karena harga, tidak selamanya bergerak naik.