Sejak hari pertama perdagangan di tahun 2013, BEI menerapkan aturan baru tentang jam perdagangan, proses pembentukan harga close, dan adanya post close trading session.

Sejak hari pertama perdagangan di tahun 2013, BEI menerapkan aturan baru tentang jam perdagangan, proses pembentukan harga close, dan adanya post close trading session.  Kalau tentang jam perdagangan, saya gak banyak komentar.  Memang itu membuat staff riset seperti saya, terpaksa ngantor lebih pagi.  Dealing juga, marketing juga.  Yang jelas, semua orang di bursa juga bakal ngantor lebih pagi.  Tapi mengenai proses pembentukan harga close dan post close trading session, hingga akhir tahun 2012 lalu, saya juga masih belum jelas kedua binatang  itu bentuknya apa.  Baru setelah saya ‘mengalaminya’ selama seminggu pertama di tahun 2013 itu.  Saya baru bisa berkomentar.

Dan… komentar saya yang pertama adalah:

Eh… ternyata BEI bikin langkah pintar seperti ini ya?

Kita bahas satu per satu deh… mengapa Post Close Trading Session ini begitu penting bagi seorang Trader Teknikal (Trader Saham yang menggunakan Analisis Teknikal sebagai basis transaksinya).

Proses pembentukan harga close

Sudah lama kita tahu, bahwa pembentukan harga close yang sebelum ini terjadi, memang adalah sebuah proses yang tidak adil.  Maklum, hanya dengan satu kali ‘nil’ (sentuh) dengan volume kecil (sering hanya dengan 1 lot), maka terbentuklah harga penutupan.  Harga penutupan ini, sering kali tidak lain adalah posisi bid atau offer harga terakhir.  Jarang sekali kita dapati, adanya pelaku pasar yang susah-susah untuk melakukan posisi beli atau posisi jual di beberapa harga sehingga mendapatkan harga penutupan yang mereka harapkan.

Akan tetapi, aksi ‘sentuh 1 lot’ ini, pengaruhnya sedemikian besar.  Anda tentu sudah membaca di tulisan saya sebelumnya, bagaimana harga close ini bisa menentukan prestasi dari seorang fund manager, seorang trader, ataupun juga seorang investor.  Saya masih inget dulu waktu jaman masih menjadi floor trader.  Kalau fund manager habis jualan besar-besaran, dealer pasti mau agar harga ditutup di harga bid.  Kita diberi amunisi berupa 5 buah order jual 1 lot yang harus dimasukkan pada detik-detik terakir.  Kalau sampai gagal ditutup di harga bid…. gak sampai potong gaji sih.. tapi mendingan headphone dicopot deh.. dari pada dengerin makian dari dealer.

Itu sebabnya, perlu dibuat suatu proses pembentukan harga penutupan yang lebih adil.  Tidak adil kalau hanya 1 lot  ‘sentuh’ transaksi menjadi penentu harga penutupan.  Jadi.. Bursa Efek Indonesia kemudian membuat suatu mekanisme penentuan harga penutupan, dimana harga penutupan, ditentukan oleh volume transaksi terbanyak dari order yang masuk selama periode jam 15.50 – 16.00.  Selama periode tersebut, trader masih bisa memasukkan order dengan volume berapapun, pada harga berapapun.  Nantinya, pada jam 16.00, BEI akan membuka perdagangan barang sebentar, untuk menentukan terjadinya harga pentupan.  Sebuah proses yang kurang lebih sama dengan penentuan harga opening yang sebelum ini sudah lazim kita alami.

Di satu sisi, memang proses ini memberikan proses yang lebih adil (selain juga komisi yang lebih banyak bagi anggota bursa dan BEI sendiri).  Akan tetapi, bukan Indonesia rasanya kalau ‘kenakalan’ kemudian tidak terjadi.  Keluhan-keluhan tentang aksi bandar atau big player yang melakukan harga penutupan ‘semau gue’, tetap saja terjadi.  Tapi… ini kan semua masih baru.  Bolehlah kita berharap bahwa kedepan, BEI akan terus memperbaiki aturannya agar proses pembentukan harga penutupan ini bisa benar-benar adil.

Proses Perdagangan Post Close Trading Session

Post close trading session adalah suatu sesi perdagangan tambahan (jam 16.05 – 16.15) dimana pemodal bisa memasukkan order beli atau order jual, selama order yang dimasukkan masih dilakukan pada harga penutupan.  Jika order yang dimasukkan tersebut mendapatkan lawan, maka order tersebut akan menjadi transaksi.  Jika tidak mendapatkan lawan, maka order tersebut tetap saja orderan antri.  Tidak ada kejadian.

Dulu… setelah harga penutupan terbentuk, kita nggak bisa ngapa-ngapain lagi.  Kita hanya bisa menunggu di hari perdagangan selanjutnya, untuk bisa melakukan transaksi.  Menunggu nasib.  Bayangkan: jika harga ditutup dibawah suport, sedangkan kita masih ada posisi, sedangkan kita yakin bahwa indeks Dow Jones Industrial (DJI) bakal turun lebih dari 2 persen.  Duh.. gitu kok disuruh cut loss besok-besok.  Harga bisa sampai kemana-mana.

Dengan adanya post closing trading session ini, semua juga menjadi lebih enak, lebih mudah bagi seorang trader teknikal.  Ketika pada saat penentuan harga penutupan, harga saham kemudian ditutup dibawah suport, berarti trader teknikal tersebut harus memanfaatkan post close trading session untuk melakukan posisi jual.  Atau, kalau ada saham yang diminati oleh trader teknikal ternyata closing dengan candlestick bullish, maka berarti dia tidak akan ragu untuk ‘berusaha’ melakukan posisi beli.  Adanya post close trading session seperti ini, menjadikan trader yang berbasis analisis teknikal, memiliki kesempatan untuk menjadi lebih disiplin: terutama dalam melakukan posisi beli atau jual, berdasarkan harga penutupan.

(Saya bilang ‘berusaha’ untuk beli atau jual, karena pada post closing trading session ini, semua order yang kita lakukan, belum tentu akan kejadian)

Penutup

So… kalau anda trader teknikal, yang menjadikan harga penutupan sebagai patokan anda untuk melakukan posisi beli atau posisi jual, maka adalah aneh kalau anda kemudian bilang bahwa post closing trading session ini adalah sesi yang tidak berguna.  Setelah harga penutupan, kita kan tinggal melihat: owh.. signalnya bullish, bearish, atau netral.  Tinggal nanti posisinya kita sesuaikan: mau normal, atau contrarian Memang sih… kadang kala, posisi bid beli atau posisi bid jual langsung diganjel oleh bandar atau asing dengan volume yang sangat besar.  Tapi setidaknya, adanya post close trading session ini, memungkinkan anda untuk melakukan positioning pada harga penutupan.  Sebuah kesempatan yang dulu tidak pernah kita dapatkan.

Bagi seorang Trader Teknikal, Post Close Trading Session (perdagangan pada Jam 16.05 – 16.15) adalah sesi paling bagus untuk melakukan posisi beli atau posisi jual, karena pada saat itu, harga penutupan sudah terbentuk, sehingga seorang Trader Teknikal sudah tahu prediksi pergerakan harga untuk perdagangan besok seperti apa.

Tapi ya gitu.. harga saham ketika Closing Session, memang suka lompat-lompat begitu. Belum lagi, setelah harga lompat, bid offer juga sering diganjel, sudah sangat tebal, sehingga kita kesulitan untuk bisa mengambil posisi ketika Post Close Trading Session. Disitu sebabnya, seorang Trader terkadang harus ‘berani mengambil posisi’ ketika saat closing session, atau malah sekitar 5 – 15 menit sebelum proses preclosing dimulai. Seorang Teknikal Trader juga tahu bahwa keuntungan itu ada ketika market sedang tidak berjalan. Sedangkan ketika market sedang berjalan, Teknikal Trader harus fokus ‘mengambil posisi yang benar’, harga terbaik dalam melakukan entry dan exit dari sebuah posisi Trading.

Semoga BEI juga terus memperbaiki proses ini agar lebih menguntungkan pemodal retail, tidak hanya menguntungkan para bandar dan pemodal institusi dengan dana yang kuat.