Secara historis, industri petrokimia selalu mempunyai siklus tertentu. Perubahan di dalam permintaan dan penawaran yang berakibat pada tingkat utilisasi operasi merupakan faktor kunci yang mempengaruhi siklus industri dan profitabilitas dari industri tersebut. Kebutuhan dari industri dipengaruhi oleh aktivitas ekonomi sementara penawarannya dipengaruhi oleh tambahan kapasitas baru.

Permintaan petrokimia merupakan elemen kunci dari barang-barang konsumen yang tak terhitung jumlahnya, secara intrinsik terkait dengan permintaan dan pengeluaran konsumen. Aktivitas konsumen, dan lebih umum lagi, pertumbuhan ekonomi telah didorong selama beberapa dekade oleh tren ekonomi makro seperti globalisasi, urbanisasi, pertumbuhan populasi usia kerja, peningkatan mobilitas dan peningkatan standar hidup, terutama di pasar negara berkembang seperti di Asia. Faktor-faktor seperti peningkatan kapasitas penyulingan minyak mentah, pertumbuhan populasi, dan peningkatan standar
hidup masyarakat diperkirakan akan mendorong pertumbuhan pasar di Asia Pasifik di tahun-tahun
mendatang.

Namun, diketahui juga secara luas bahwa mewabahnya pandemi global, COVID-19, berdampak negatif terhadap perekonomian global termasuk industri petrokimia akibat lockdown, pembatasan mobilitas lintas negara dan gangguan logistik.

Di sisi bahan baku, harga minyak mentah meningkat pada tahun 2021 karena pelonggaran pembatasan terkait pandemi mendorong peningkatan mobilitas manusia sebagai hasil dari meningkatnya tingkat vaksinasi COVID-19, dan pertumbuhan ekonomi mengakibatkan permintaan minyak global meningkat lebih cepat daripada pasokan minyak bumi. Peningkatan produksi yang lebih lambat sebagian besar disebabkan oleh pengurangan produksi minyak mentah OPEC+ yang dimulai pada akhir 2020. Harga bahan baku utama seperti Naphtha, yang merupakan produk sampingan dari minyak, juga meningkat sejalan dengan minyak mentah. Untungnya, pemulihan tajam dalam permintaan plastik pada tahun 2021 menjadi pemicu terang di tengah masa yang penuh tantangan yang menghasilkan margin yang
sehat pada produk secara keseluruhan.

Terlepas dari situasi COVID-19 yang sedang berlangsung, laba di tahun ini PT Barito Pacific Tbk meningkat signifikan dibandingkan dengan tahun 2020 yang disebabkan oleh eksekusi yang baik dari strategi Manajemen secara keseluruhan, penurunan biaya terstruktur, dengan pemerataan penjualan produk yang baik dan ketahanan keuangan yang berkelanjutan.

PT Barito Pacific Tbk juga dapat mempertahankan akses ke bank dan pasar modal obligasi dengan harga yang kompetitif dan fasilitas kredit impor dan ekspor yang diperpanjang dan diperluas. PT Barito Pacific Tbk juga memiliki manajemen liabilitas yang proaktif melalui pembelian kembali obligasi USD dan terus
menumbuhkan basis investor domestik dengan mengembangkan pasar obligasi Rupiah untuk menghasilkan portofolio sumber pembiayaan yang kompetitif.

PT Barito Pacific Tbk mengelola risiko modal untuk memastikan bahwa entitas dalam Grup akan mampu untuk melanjutkan keberlangsungan usaha, selain memaksimalkan keuntungan para pemegang saham melalui optimalisasi saldo utang dan ekuitas. Strategi Grup tetap tidak berubah dari 2020. Struktur modal terdiri dari utang, yang mencakup liabilitas sewa, pinjaman dan utang obligasi dan wesel dan instrumen keuangan derivatif. Kondisi keuangan yang sehat ini ditunjukan dengan total utang yang dimiliki senilai $3.097 juta dengan ekuitas sebesar $4.267 juta dan aset sebesar $9.242 juta yang artinya PT Barito Pacific Tbk memiliki Debt to Equity Ratio sebesar 72.6% dan Debt to Asset Ratio sebesar 33%.

Dari sisi operasional, kinerja operasional yang berkelanjutan dan keselamatan tetap menjadi fokus utama PT Barito Pacific Tbk dengan penerapan protokol kesehatan yang ketat bagi karyawan dan pengunjung eksternal di semua lokasi seperti fasilitas produksi, site office dan kantor pusat. Grup menegaskan kembali tujuannya untuk menghindari risiko penularan yang dapat datang kapan saja dan di mana saja. Komitmen PT Barito Pacific Tbk pada penerapan Lingkungan, Sosial dan Tata Kelola (ESG) yang berdampak juga telah
menerima penghargaan dan kemitraan yang diterima sepanjang tahun.

Selain itu, inisiatif Transformasi Digital telah berhasil diterapkan di proses bisnis PT Barito Pacific Tbk dan telah membantu untuk menavigasi operasinya selama pandemi. Hal ini juga telah diapresiasi dengan Chandra Asri (CAP) menerima penghargaan INDI 4.0 (Indeks Kesiapan Industri Indonesia) untuk kategori digitalisasi agresif. Hasil tersebut mencerminkan kinerja bisnis yang solid ditopang oleh semakin meningkatnya kinerja anak perusahaan petrokimia, Chandra Asri (CAP) serta kontribusi yang solid dari bisnis panas bumi, Star Energy. Terbukti dari kinerja sepanjang tahun 2021, BRPT berhasil meraih laba bersih (after tax and minority interest) sebesar $109 juta, meningkat 159% dari tahun 2020 yang sebesar $42 juta.

Industri berada pada jalur yang sesuai dengan pemulihan kondisi ekonomi domestik secara keseluruhan. Hal ini didukung oleh pulihnya tingkat permintaan barang konsumsi seiring dengan mobilisasi secara perlahan kembali normal dan peningkatan permintaan produk sanitasi dan kesehatan. Grup akan terus melanjutkan rencana ekspansinya pada CAP2 untuk meningkatkan antara lain pertumbuhan dan profitabilitas.