kesalahan trader

Jika anda tidak ingin mengalami ‘kematian finansial’ (baca: kerugian), anda harus bisa menghindari untuk tidak melakukan kesalahan berikut

Deadly Sin #5: Terlalu cepat puas

Lupa daratan, lautan, dan kepolisian adalah kebiasaan seorang trader.  Coba deh lihat kalau market sedang bullish.  Kita kadang-kadang bisa 5 – 6 kali menang berturut-turut.  Kalau sudah begini, orang kemudian lupa.  Terus berpikir bahwa kita bisa terus menang sampai 10-20 kali.  Ketika posisi stoploss pertama kena, posisinya dibiarin ajah.  Tidak disiplin. Ancur deh.

Saya juga mengartikan ‘terlalu cepat puas’ ini sebagai sesuatu yang berbeda.  Banyak orang sering kali cepat puas ketika dia sudah mencapai comfort zone.   Terlalu cepat dengan ilmu yang dimiliki kemudian berhenti belajar berhenti membaca.  Padahal ketika kita berhenti belajar disitu kita mentok.  Tidak berkembang.

Deadly Sin #6: Winning The Wrong Way (salah mengartikan kemenangan)

Bibit dari penyakit ini, sering kali menjangkiti seorang trader ketika market sedang bullish.  Ketika market sedang bullish, seorang trader sering kali ‘melewatkan kesempatan’ untuk melakukan cut loss.  Ketika stoploss kena.. dia cuman bilang: ditahan aja deh.. nanti kan naik lagi.  Setelah itu.. harga memang naik lagi.  Ketika dia melakukannya berulang-ulang.. dia merasa sudah melakukan hal yang benar.   Setelah itu.. trend dari market berubah menjadi bearish.  Nyangkut pertama.. gak langsung di cut loss.  Setelah itu.. market turun 10% – 15%.. harga saham turun lebih dari 20%… Jadi nyangkuters deh…

Orang itu sebaiknya tahu.. dia itu menang karena beruntung… atau menang karena memang dia pintar.  Pendekatan kita dalam trading.. harus bisa diterapkan dalam kondisi market seperti apapun.  Kalau strategi trading itu hanya bisa diterapkan ketika market bullish.. dan macet ketika market bearish.. dan kemudian dia terus memaksakannya.. seakan-akan cara tersebut bisa selalu dipakai kapanpun… bisa jadi trader tersebut memang sudah terkena penyakit ‘winning the wrong way’ ini.

Cara mengatasinya?

Velez dan Capra menyarankan agar trader selalu melakukan review atas posisi trading yang sudah dilakukannya.  Trader juga harus tahu bahwa musuh terbesar dari seorang trader adalah 2 buah huruf H : Holding (menahan posisi keliru), dan Hoping (berharap bahwa pada suatu saat nanti, posisi keliru yang kita lakukan.. akan berubah menjadi posisi benar).  Duh…

Deadly Sin #7: Rationalizing

Tahukah anda bahwa terlalu banyak berpikir bisa membuat trader mengalami kekalahan? Terlalu banyak saya bertemu dengan orang orang yang punya portfolio penuh angka merah… tapi dengan bangganya bilang: loh.. itu saya hold karena fundamentalnya masih bagus… bla.. bla.. bla.. dst.. dst.. dst. Saya nahan posisi itu karena ada berita ini.. itu.. ini.. itu.  Yah.. itu biasanya karena nyangkutnya baru saja.. belum ada satu bulan.  Coba dilihat.. 3 bulan.. 6 bulan.. 1 tahun kemudian… ketika hampir seluruh uangnya sudah tertahan di posisi nyangkut.  Mau cut loss? Pasti sudah terlambat.. potensi kerugiannya, pasti sudah setinggi gunung.

Cara mengatasi kesalahan ini?

Anda harus tahu gejala gejala ketika anda melakukan ‘rationalizing’:

  • Kalau anda sudah mulai ‘tanya kenapa’ sadarlah bahwa disitu anda sedang melakukan rationalizing.
  • Kalau anda sudah mulai mencari berita setelah posisi anda rugi agak dalam, sadarlah bahwa disitu anda sedang melakukan rationalizing.
  • Kalau sudah pake kata-kata ‘mungkin’ (maybe) sadarlah bahwa disitu anda sudah mulai melakukan rationalizing.

Anda harus berusaha untuk exit posisi.  Disiplin kalau stoploss kena.  Anda kan sudah bikin trading plan.  Kalau stoploss kena maka lakukan aksi, jangan terlalu banyak dipikirin.

—————–

Kondisi pasar belakangan ini, memang sedang gonjang-ganjing.  Sentimen positif dan negatif, datang silih berganti.  Signal beli, signal jual, signal beli atau jual yang ternyata nipu (false signal) sering kali muncul bergantian.  Bagi seorang trader, yang paling penting dan harus selalu dilakukan adalah: memiliki trading plan (rencana trading), dan melakukan eksekusi atas rencana trading itu secara disiplin.  Kalau enggak, kita bisa gila rasanya, dalam melihat semua yang ada di sekitar kita: US Government Shutdown, Rupiah yang cepat melemah tapi tak kunjung menguat ketika US$ menguat terhadap hampir semua mata uang, inflasi yang tinggi, neraca perdagangan, dan masih banyak lagi. Terlebih lagi, karena hari-hari ini, kondisi market memang masih merupakan apa yang disebut seorang analis teknikal sebagai ‘karakteristik dari wave 2’: berita-berita buruk terus bermunculan, tapi realita sebenarnya adalah bahwa harga, tidak mencetak level terendah yang baru.

Teorinya sih begitu… eksekusinya? Hehehe…