Anda pasti tahu lah bahwa tIdak ada orang yang trading atau investasi saham karena dia pingin rugi. Semua orang berada di sini karena ingin untung. Anda baca tulisan ini juga karena anda ingin untung.

Anda pasti tahu lah bahwa tIdak ada orang yang trading atau investasi saham karena dia pingin rugi.  Semua orang berada di sini karena ingin untung.  Anda baca tulisan ini juga karena anda ingin untung.

Tapi hal buruk datang dan shit happen.  Hal-hal yang tidak kita inginkan bisa selalu saja terjadi.  Pemodal melakukan posisi beli, harga berubah arah. Pemodal kemudian tidak cepat mengambil langkah yang seharusnya dilakukan.  Pemodal kemudian mengalami potensial loss, floating loss, underwater, nyangkut. Pokoknya pemodal tersebut punya posisi yang kalau dijual rugi.

Pemodal tidak mau melakukan cut loss.  Rugi katanya.  Buang duit.  Tapi duit itu jadi nyangkut.  Tertahan.  Duit yang nyangkut ini, jadi gak produktif.  Gak menghasilkan apa-apa.  Kalau mau tunggu deviden itu baru bisa setahun sekali.  Setahun satu atau dua kali maksimal.

Gimana cari pendapatan dari situ ya? Gimana cara untuk mencari pendapatan dari posisi nyangkut ini?

Belajar dari Nasabah

Saya kemudian diajarin cara seperti ini oleh salah satu nasabah yang saya kenal sekitar 20 tahun yang lalu (maaf.. saya lupa namanya…Ibu Eny kalau gak salah)

Nasabah : Pak… barang kita .. kita short saja… kita jual.. terus baibek lagi.

Saya bengong.

Tommy: Loh bu? Bukannya itu sama saja dengan cut loss? Kan posisi jual kita lebih murah dibandingkan harga kita beli

Eny: Ya enggak lah Pak Tommy.. kalau cut loss itu, kalau setelah kita jual, kan kita tidak baibek lagi.  Ini kita jual dulu.. terus beli dibawah..

Yah.. whatever… begitu pikir saya ketika itu.

Lama baru saya sadar… bahwa inti sebenarnya adalah: orang tidak suka kalah.  Orang tidak suka rugi.  Itu sebabnya, Cut loss pada kesempatan pertama, bukanlah pilihan bagi sebagian ‘investor dadakan’ ini. Sebagian dari ‘investor dadakan’ atau ‘nyangkuters’ ini kemudian melakukan ‘short atas barang sendiri’ seperti yang dilakuan.  Tujuannya memang hanya satu: cari duit dari posisi nyangkut yang dimiliki.  Di satu sisi… ‘investasi’nya tetap aman.. selama dia mampu untuk baibek saham yang tadi telah dijualnya.

Short Barang Sendiri Untuk Nyangkuters

Short atas barang sendiri berarti Nyangkuters melakukan posisi jual atas posisi Nyangkut yang dimilikinya.

Jadi.. ngeshort barang sendiri ini bukan ‘naked short’, bukan posisi jual yang kita lakukan ketika kita tidak punya saham itu. Tapi lebih ke melakukan posisi jual atas posisi saham yang sudah dimiliki sebelumnya, saham yang nyangkut dari harga tinggi-tinggi itu.

Sebentar.. posisi Short Barang Sendiri seperti itu, berarti dia sedang melakukan posisi trading. Emang dia tahu dia melakukan hal itu? Saya kembali mencoba untuk bertanya:

Saya : Loh bu.. kalau setelah ibu jual.. terus harga naik.. ibu gak baibek diatas?

Eny: yah.. kalau itu yang terjadi.. ya kita ‘hilang barang’ Pak Tommy… Jadinya rugi beneran.

Hehehe.. lucu ya.. ketika pertama kali jual.. dia merasa dirinya tidak rugi.   Tapi kalau dia gagal untuk baibek.. baru dia merasa rugi beneran.

Well… Gimana ya… anda lihat market hari-hari ini kan?.  Saya tahu lah… sebagian dari anda.. tadi pagi sudah mengawali market dengan keputusasaan.  Posisi nyangkut, rugi menggunung, pinginnya cut loss.. tapi takut.  Semoga saja anda tidak salah posisi.

Ngeshort barang sendiri seperti diatas.. terkadang bisa jadi pilihan bagi mereka yang sedang ‘nyangkut’ tapi pingin mencari pendapatan ekstra.

Syarat Utama Agar Strategi Ini Bisa Jalan

Tapi… menurut saya.. ‘ngeshort barang sendiri’ seperti itu, sebaiknya dilakukan hanya ketika harga mulai bergerak turun setelah mengalami trend naik’.  Setelah trend turun berakhir, harga kemudian rebound, ngeshort barang sendiri ini sebaiknya hanya dilakukan ketika trend harga mulai kembali bergerak turun. Dan.. selain itu.. orang yang ‘ngeshort barang sendiri’ seperti ini sebaiknya tahu bahwa dia sedang melakukan posisi trading, sehingga ketika harga kemudian bergerak naik diluar dugaannya, dia harus disiplin untuk melakukan posisi ‘baibek harga atas’, posisi beli kembali (short covering) ketika harga kemudian ternyata bergerak naik. Ini untuk menghindarkan supaya posisi ‘ngeshort barang sendiri’ itu tidak menjadi posisi ‘cut loss beneran’.

Hehehe… tapi … tetap saja… saya sih enggan menyarankan posisi seperti ini.  Orang yang melakukan hal ini.. biasanya punya background yang jelek dalam hal ‘disiplin’.. udah begitu… orang-orang seperti ini biasanya memiliki kemampuan yang jelek dalam prediksi jangka pendek. Sehingga.. sering malah.. posisi ‘ngeshort barang sendiri’ ini.. sering kali malah jadi acara ‘cut loss beneran’. Jadi kacau kan?

Sebaiknya..

kalau mau berhasil untuk trading.. anda harus belajar prediksi jangka pendek, dan juga belajar untuk disiplin.

So… Setelah koreksi dalam akibat berbagai isu Jiwasraya dan Virus Corona, IHSG mengikuti pertgerakan indeks Global untuk mengalami rebound. Sampai kapan? Sampai ke level berapa? Saya sih hanya berani mengikuti trend. Kalau perkiraan resisten… anda bisa baca tulisan saya sebelumnya. Tapi.. seperti yang selalu saya bilang : aturan dasar bagi seorang trader itu adalah ‘beli ketika mau naik dan jual ketika mau turun’. Selama IHSG dan harga saham masih berada dalam trend naik, saya akan terus berada di market, menikmati trend naik ini sampai titik penghabisan, nah.. sampai trend naik berubah menjadi trend turun.