IHSG

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melemah -0.49% ke level 7,570 pada perdagangan Rabu (30/10). Sebanyak 234 saham ditutup di zona hijau, 354 saham ditutup di zona merah, dan 191 saham lainnya ditutup flat. Total transaksi IHSG mencapai 11.8 triliun, jumlah saham yang diperdagangkan mencapai 18.49 miliar dan aktif ditransaksikan sebanyak 1,267,930 kali.

Heatmap Sahamology

Heatmap Sahamology menunjukkan saham saham big caps ditutup pada perdagangan Rabu (30/10) seiring dengan penurunan IHSG -0.49% ke level 7,570. Beberapa saham big caps yang menguat adalah BBRI (+0.21%), ASII (+1.46%), UNTR (+0.28%), BRIS (+0.34%), ADRO (+0.28%). Sedangkan saham yang terpantau di heatmap sahamology yang menekan penurunan IHSG adalah BBCA (-1.43%), BMRI (-1.1%), BBNI (-1.42%), AMMN (-1.59%). Adapun beberapa saham yang bergerak dengan penurunan dan kenaikan volatile adalah PSAB (+7.69%), GJTL (+13.22%), INCO (-3.01%), SMGR (-4.87%).

Chart IHSG

Secara teknikal, IHSG berada dalam fase bearish dan diperdagangkan dibawah kombinasi MA7&20 dengan rentang nilai 7,625-7,648. Indikator stochastic menukik kebawah dan mencoba bertahan diatas level 50. IHSG masih diproyeksikan untuk melanjutkan koreksi ke level support 7,454 pada Bulan November-24. Secara seasonality, IHSG cenderung merah pada Bulan November selama beberapa tahun kebelakang. Beberapa kalender ekonomi yang sedang dinantikan pasar adalah Inflasi RI dan Non Farm Payroll US.

Sektoral Indeks

Sektoral IndeksNilai IndeksPerubahanPersentase
IDXBASIC1,428.23-4.45-0.31%
IDXCYCLIC883.33+2+0.23%
IDXENERGY2,718.14+3.16+0.12%
IDXFINANCE1,519.80-4.58-0.3%
IDXHEALTH1,531.34+2.53+0.17%
IDXINDUST1,096.04-1.92-0.17%
IDXINFRA1,508.39-0.67-0.04%
IDXNONCYC764.57-9.33-1.21%
IDXPROPERT832.80-0.81-0.1%
IDXTECHNO3,975.60-45.72-1.14%
IDXTRANS1,515.96-1.87-0.12%

Sektoral Indeks bergerak mayoritas di zona merah pada perdagangan Rabu (30/10). Sebanyak 8 sektor ditutup di zona merah dan 3 sektor ditutup di zona hijau seiring dengan IHSG -0.48% ke level 7,569. Sektor yang menguat paling signifikan adalah sektor IDXCYCLIC dengan kenaikan +0.23% ke level 883.33. Beberapa saham dari sektor IDXCYCLIC yang menguat adalah GJTL (+13.22% ke 1,370), MNCN (+0.63% ke 320), MPMX (+0.49% ke 1,025). Sedangkan sektor yang menekan penurunan IHSG paling dalam adalah sektor IDXNONCYC dengan koreksi -1.21% ke level 764.57. Beberapa saham dari sektor IDXNONCYC yang menurun adalah GGRM (-4.2% ke 14,250), MIDI (-2.98% ke 456), UNVR (-2.97% ke 1,960).

Saham Top Gainer

SahamTop Gainer
GPSO+34.58%
MPPA+18.09%
SONA+17.44%
INOV+16.67%
MPOW+13.33%

Saham Top Loser

SahamTop Loser
IBOS-9.89%
LABA-9.4%
TPMA-7.59%
PPRI-7.32%
SPRE-6.31%

Saham Top Turnover

SahamTop Turnover
BBRI1,387,330
BBCA1,182,637
BMRI816,115
BRMS419,362
TLKM356,034

Saham Top Volume Shares

SahamTop Volume Shares
GOTO19,135,453
BRMS10,917,827
BSBK10,873,860
MPPA8,599,705
BUMI6,954,588

Saham Top Frequency

SahamTop Frequency
BSBK65,622
BBRI56,695
PSAB55,352
BBCA38,446
MPPA27,067

Saham Top Net Foreign Buy

SahamTop Net Foreign Buy
BRMS71,953
EXCL30,007
AMRT21,169
PTBA11,146
GJTL10,915

Saham Top Net Foreign Sell

SahamTop Net Foreign Sell
BBCA572,561
BMRI293,857
BBRI212,329
BBNI104,711
SMGR55,967

Berita Emiten

PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk atau BRI (BBRI) kembali mencatatkan kinerja positif di tengah dinamika ekonomi global dan kondisi ekonomi domestik yang masih penuh dengan tantangan. Dengan fokus memperkuat fundamental kinerja, hingga akhir Triwulan III 2024 BRI secara konsolidasian berhasil mencetak laba bersih sebesar Rp45,36 triliun. Hal tersebut disampaikan Direktur Utama BRI Sunarso pada press conference Kinerja Keuangan BRI Triwulan III 2024 di Jakarta (30/10).

Sunarso menyampaikan bahwa ketangguhan dalam menghadapi berbagai tantangan adalah hasil dari fundamental bisnis yang kuat. “Capaian tersebut tidak terlepas dari fokus BRI yang secara konsisten memperkuat fundamental kinerja, serta melakukan strategic response yang tepat dalam menghadapi berbagai dinamika pasar”, ungkap Sunarso.

Dari sisi intermediasi, hingga akhir September 2024 BRI berhasil menyalurkan kredit senilai Rp1.353,36 triliun atau tumbuh 8,21% secara year on year (yoy). Dari total penyaluran kredit tersebut, 81,70% diantaranya atau sekitar Rp 1.105,70 triliun merupakan kredit kepada segmen UMKM. Penyaluran kredit yang tumbuh positif tersebut juga membuat aset BRI tercatat meningkat 5,94% yoy menjadi sebesar Rp1.961,92 trilliun.

Dukungan BRI kepada segmen UMKM menjadi prioritas utama dalam memperkuat ekonomi kerakyatan. “BRI hadir untuk memperkuat UMKM sebagai pilar penting dalam pertumbuhan ekonomi nasional. Melalui pemberdayaan UMKM, BRI mengambil peran dalam membangun ekonomi yang inklusif dan berkeadilan,” ujar Sunarso.

Dengan penyaluran kredit yang terus tumbuh, BRI juga mampu mengelola kualitas asetnya dengan baik. Hal ini ditunjukkan dari rasio Non Performing Loan (NPL) BRI yang membaik, dimana NPL pada Triwulan III 2024 tercatat sebesar 2,90% atau membaik dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya yakni sebesar 3,07%. Disamping NPL, perseroan juga berhasil mencatat rasio Loan at Risk (LAR) yang lebih baik, dari semula 13,80% pada akhir Triwulan III 2023 menjadi 11,66% pada akhir Triwulan III 2024.

Penurunan rasio NPL dan LAR ini didukung oleh penerapan strategi pengelolaan manajemen risiko yang disiplin di seluruh lini bisnis. BRI secara aktif memantau kualitas kredit dan mengadopsi Early Warning System untuk mendeteksi potensi masalah kredit sedini mungkin. Selain itu, BRI juga memperkuat tim recovery untuk mengelola kredit bermasalah dengan lebih cepat dan efisien.

Di samping kualitas kredit yang semakin membaik, BRI juga tetap mempersiapkan pencadangan yang memadai dengan NPL Coverage sebesar 215,44%. “BRI telah mengimplementasikan berbagai langkah mitigasi risiko, mulai dari selective growth, pemantauan kredit secara proaktif, penguatan pencadangan, hingga penyelesaian kredit bermasalah yang dilakukan dengan pendekatan kolaboratif bersama nasabah,” tambah Sunarso.

Sementara itu, dari sisi liabilities BRI berhasil menghimpun Dana Pihak Ketiga (DPK) sebesar Rp1.362,42 triliun atau tumbuh 5,59% yoy. Komposisi dana murah (CASA) masih mendominasi DPK BRI dengan porsi mencapai 64,17% atau meningkat dibandingkan dengan CASA pada periode yang sama tahun lalu yakni sebesar 63,64%.

Salah satu faktor utama dalam peningkatan penghimpunan dana murah adalah transformasi digital yang dilakukan BRI. Melalui super apps BRImo, BRI telah menciptakan solusi perbankan yang terintegrasi dan mudah diakses oleh nasabah kapan saja dan di mana saja. Inovasi ini terbukti mampu mendorong peningkatan jumlah nasabah tabungan, khususnya di kalangan milenial dan generasi muda yang semakin digital-savvy. Hingga akhir September 2024 tercatat pengguna BRImo telah mencapai 37,14 juta user dengan volume transaksi mencapai Rp4.034 triliun atau tumbuh 35,20% yoy.

Melalui pengembangan layanan hybrid bank, BRI juga telah memperluas jangkauan perbankan ke segmen-segmen masyarakat yang sebelumnya tidak terlayani secara optimal, termasuk masyarakat di daerah terpencil melalui AgenBRILink. Hal ini sesuai dengan misi BRI untuk mendukung inklusi keuangan nasional serta memperkuat ekonomi kerakyatan melalui konsep sharing economy.

Tercatat hingga akhir September 2024 BRI telah memiliki lebih dari 1,02 juta AgenBRILink yang tersebar di 62.227 desa di seluruh Indonesia. Sepanjang Januari hingga September 2024, agen-agen tersebut berhasil mencatatkan transaksi sebesar Rp1.170 triliun yang berasal dari 859 juta transaksi finansial.

Pada kesempatan tersebut, Sunarso juga menjelaskan bahwa capaian kinerja positif BRI hingga Triwulan III 2024 tersebut juga didukung kondisi likuiditas yang memadai dan permodalan yang kuat, Dimana Loan to Deposit Ratio (LDR) Bank berada di level 89,18% serta Capital Adequacy Ratio (CAR) mencapai sebesar 26,76%

“Kedepan, BRI akan terus mengelola likuiditas yang prudent untuk memastikan BRI siap menghadapi tantangan ekonomi global maupun domestik. Dengan likuiditas yang memadai dan permodalan yang kuat, BRI masih memiliki ruang yang cukup untuk tumbuh lebih baik,” ujar Sunarso.

Sunarso pun optimis dapat menutup tahun 2024 dengan capaian positif. “BRI optimis dapat menutup tahun 2024 ini dengan kinerja positif, utamanya dengan fokus memperkuat fundamental kinerja dan membentuk ketangguhan sehingga BRI selalu siap menghadapi berbagai tantangan, baik yang berasal dari global maupun domestik”, pungkasnya.

Berita Domestik

Kementerian Perindustrian terus memperkuat hilirisasi dan meningkatkan daya saing industri tembaga dan timah nasional. Apalagi, sektor tembaga dan timah memiliki peran penting dalam mendukung industri hilir, seperti otomotif, elektronik, peralatan listrik, dan energi terbarukan. Direktur Jenderal Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi, dan Elektronika (ILMATE) Kemenperin, Setia Diarta, menyebut Indonesia memiliki cadangan tembaga yang besar, sekitar 28 juta ton. Hal ini menjadikan Indonesia negara dengan cadangan tembaga terbesar ketujuh di dunia.

“Di sisi lain, Indonesia juga merupakan produsen timah terbesar kedua dunia, dengan kontribusi 14 persen terhadap total produksi global,” kata Setia dalam keterangannya di Jakarta, Selasa (29/10). Menurut Dirjen ILMATE, potensi besar tersebut perlu terus dioptimalkan agar memberikan nilai tambah yang lebih tinggi bagi ekonomi nasional. Oleh karena itu, Direktorat Industri Logam menyelenggarakan Copper and Tin Industry Forum 2024 di Jakarta, Selasa (29/10).

Kegiatan ini dihadiri oleh para pemangku kepentingan dari sektor industri tembaga dan timah, termasuk perwakilan pemerintah, asosiasi industri, pelaku usaha, serta akademisi. “Forum ini diharapkan dapat menjadi wadah diskusi dan kolaborasi untuk mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya tembaga dan timah di Indonesia serta memperkuat sektor hilir agar lebih berdaya saing di pasar global,” ungkap Setia.

Selain itu, Copper and Tin Industry Forum 2024 juga menjadi kesempatan bagi para produsen bahan baku tembaga dan timah untuk bertemu dengan industri pengguna, seperti industri kabel listrik, peralatan listrik, dan otomotif. “Dengan mempertemukan sektor-sektor ini, diharapkan terbentuk sinergi yang optimal untuk memperkuat rantai pasok nasional, sekaligus membuka peluang investasi dan kolaborasi,” imbuhnya.

Lebih lanjut, Dirjen ILMATE menyebutkan bahwa salah satu tantangan utama dalam industri tembaga dan timah adalah mengurangi ketergantungan pada ekspor bahan mentah. Saat ini, sebagian besar tembaga Indonesia diekspor dalam bentuk konsentrat dengan nilai tambah rendah. Namun, mulai 1 Januari 2025 konsentrat tembaga dan lumpur anoda akan dilarang ekspornya. Ini merupakan upaya untuk terus mendorong hilirisasi lebih lanjut. Di sisi lain, timah masih banyak diekspor dalam bentuk logam mentah.

“Hilirisasi harus menjadi fokus utama untuk menghasilkan produk dengan nilai tambah yang lebih tinggi, seperti katoda tembaga, tin plate, dan produk hilir lainnya. Hal ini juga akan memperkuat posisi Indonesia sebagai pemain utama di pasar internasional,” tegasnya. Dirjen ILMATE menambahkan, Kemenperin akan membentuk material center untuk tembaga dan timah. Pusat bahan baku ini diharapkan menjadi induk inovasi dan distribusi bahan baku yang terkoordinasi dengan baik untuk industri tembaga dan timah dalam negeri.

BUKA AKUN MNC SEKURITAS DENGAN KODE M01 DAN DAPATKAN FREE APPS SAHAMOLOGY SELAMA 2 BULAN

“Material center ini akan mendukung hilirisasi, mengurangi ketergantungan pada impor bahan baku, serta memperkuat efisiensi rantai pasok sehingga dapat mendorong pertumbuhan ekspor produk bernilai tambah tinggi,” jelas Setia. Selanjutnya, sejalan dengan komitmen Indonesia untuk mencapai net zero emission, Copper and Tin Industry Forum 2024 juga mengangkat topik penting mengenai penerapan prinsip ekonomi sirkular dan green industry di sektor tembaga dan timah. “Penggunaan bahan baku daur ulang, efisiensi energi, dan pengelolaan limbah menjadi isu utama dalam mencapai industri yang berkelanjutan,” ujar Direktur Industri Logam, Rizky Aditya Wijaya.

Kemenperin memberikan apresiasi kepada seluruh peserta forum yang telah berpartisipasi aktif dalam diskusi yang konstruktif. “Kami berharap forum ini dapat mendorong tindak lanjut berupa kolaborasi nyata antara produsen dan pengguna bahan baku tembaga dan timah, sehingga pemanfaatan bahan baku lokal dapat lebih dioptimalkan, serta industri pengguna dapat lebih berdaya saing baik di pasar domestik maupun global,” papar Rizky.(*)

Berita Global

Perekonomian AS kemungkinan tumbuh sebesar 3% secara tahunan pada kuartal ketiga tahun 2024, sama seperti kuartal sebelumnya, didorong oleh belanja konsumen dan bisnis yang kuat. Tingkat pertumbuhan ini akan selaras dengan rata-rata pertumbuhan triwulanan sebesar 3,4% pada tahun 2021 hingga 2023, yang menunjukkan ketahanan perekonomian AS.

Belanja konsumen diperkirakan meningkat sebesar 3,6% di Triwulan ke-3, melampaui pertumbuhan 2,8% di Triwulan ke-2, menurut Estimasi GDPNow Fed Atlanta. Selain itu, investasi pada peralatan dan produk kekayaan intelektual diperkirakan akan meningkat. Namun, pengurangan persediaan mungkin sedikit mengurangi pertumbuhan sekitar 0,1%, investasi perumahan kemungkinan menurun secara signifikan, dan perdagangan bersih diperkirakan mempunyai dampak negatif terhadap pertumbuhan karena meningkatnya impor. sumber: Biro Analisis Ekonomi AS

3 Saham Bersinyal Fresh Buy

1. WOOD (Integra Indocabinet)

WOOD (Integra Indocabinet) ditutup menguat +4.49% ke level 326 pada perdagangan Rabu (30/10). Sinyal Sahamology merekomendasikan Fresh Buy untuk WOOD dengan target kenaikan ke level 340-356. Screener Sahamology menunjukkan WOOD dengan On The Move, Early Trend Up, Big White Candle, Breakout High dan Close High. Batasi risiko jika WOOD diperdagangkan dibawah 312.

2. ESSA (ESSA Industries Indonesia)

ESSA (ESSA Industries Indonesia) ditutup menguat +2.66% ke level 965 pada perdagangan Rabu (30/10). Sinyal Sahamology merekomendasikan Fresh Buy untuk ESSA dengan target kenaikan ke level 990-1,010. Jumlah pelaku pasar yang membeli saham ESSA jauh lebih dominan daripada jumlah pelaku pasar yang menjual saham ESSA. Batasi risiko jika ESSA diperdagangkan dibawah 920.

3. TINS (Timah)

TINS (Timah) ditutup menguat +1.92% ke level 1,330 pada perdagangan Rabu (30/10). Sinyal Sahamology merekomendasikan Fresh Buy untuk TINS dengan target kenaikan ke level 1,400-1,465. Berdasarkan Trading Performa Sahamology, TINS selalu menghasilkan profit selama 8 kali transaksi. Batasi risiko jika TINS diperdagangkan dibawah 1,290.

Bersama Sahamology Trading Easy and Profitable