Garuda Indonesia (GIAA) mencatatkan rugi bersih sebanyak US$72,38 juta selama 9 bulan berjalan tahun 2023. Dengan periode yang sama pada tahun lalu (Q3 2022) Emiten penerbangan ini mampu mengudara dengan mencatatkan laba US$3,7 miliar. Penurunan kinerja Q3 2022 terhadap Q3 2023 sebesar -119%. Earnings Per Share menipis menjadi U$0,00274 dari periode sama tahun sebelumnya sebesar US$0,14294.

Baca Juga : Teknik Trading Menggunakan Apps Sahamology

Total pendapatan US$2,23 miliar, melesat 48% dari Q3 2022 sebesar US$1,5 miliar. Itu dari penerbangan terjadwal US$1,72 miliar, naik tipis dari US$1,15 miliar. Penerbangan tidak terjadwal US$274,25 juta, menanjak dari posisi sama tahun lalu US$162,79 juta. Lainnya terkumpul sejumlah US$234,91 juta, menanjak dari edisi sama tahun lalu US$185,98 juta. 

Total beban usaha US$1,99 miliar, naik tipis dari posisi sama tahun lalu US$1,85 miliar. Beban operasional US$1,13 miliar, bertambah 5% dari US$1,08 miliar. Beban pemeliharaan dan perbaikan US$273,68 juta, berkurang dari US$313,07 juta. Beban umum dan administrasi US$129,07 juta, turun dari US$165,05 juta. Beban bandara US$154,77 juta, bertambah 45.89% dari US$106,08 juta. Rugi periode berjalan US$72,06 juta, berbanding terbalik dari perolehan Q3 2022 yang mencetak laba US$3,69 miliar.

Total equity US$1,61 miliar, meningkat dari Q4 tahun lalu sebesar US$1,53 miliar. Jumlah utang US$7,76 miliar, melemah dari Q4 tahun 2022 senilai US$7,77 miliar. Total aset US$6,15 miliar, mengalami penyusutan dari akhir tahun sebelumnya US$6,23 miliar.

GIAA diperdagangkan di level 87 atau menyusut -3.33% dari level 90 pada perdagangan Rabu (1/11) dengan total turnover sebesar 6.32 miliar, jumlah saham yang diperdagangkan sebanyak 72.08 juta dan aktif ditransaksikan sebanyak 1,214 kali.

Bersama Sahamology Trading Easy and Profitable