Sektor Saham Ini Relatif Alami Recovery Lebih Cepat Pasca Krisis
- 24 March 2020
- 0
Saatnya mencari informasi sektor saham mana yang akan recovery lebih cepat bila krisis ini selesai” Mungkin attitude ini akan lebih bagus.
Kemarin IHSG tutup di bawah level 4000. Ini salah satu support psikologis yang kuat seperti halnya angka bulat lainnya 6000 & 5000. Akhirnya banyak investor sekarang mulai berfikir : “Well marketnya turun terus, bottom juga belum ada dasarnya. Saatnya mencari informasi sektor saham mana yang akan recovery lebih cepat bila krisis ini selesai” Mungkin attitude ini akan lebih bagus. Seiring dengan gerakan #dirumahsaja maka investor yang punya prinsip “Cash Is King” akan tunggu moment tepat dan sektor terbaik untuk diinvestasikan.
Kemarin IHSG sentuh kembali level batas bawah penurunan -5% setelah capai nilai terendah 3975. Index melorot -205 point hingga penutupan di level 3989 atau terpangkas -4.9%. Ada 332 saham yang ditutup merah dan hanya sisakan 68 saham yang berakhir hijau. Penurunan IHSG sampai ke level ini telah memangkas kapitalisasi market hingga 4630 trilyun. Apalagi karena beberapa saham unggulan utama seperti BBCA da BBRI yang sempat miliki market cap diatas 700 trilyun dan 500 trilyun kini hanya tinggal 560 dan 319 trilyun saja.
Hal Positif : Nilai Transaksi Kecil dan Asing Tak Lakukan Masif Net Selling
Ada dua hal positif dari koreksi kemarin. Pertama nilai perputaran uang yang ditransaksikan kemarin tidak besar hanya 5.6 trilyun saja. Artinya pelaku pasar masih menahan diri untuk jual barang karena reboundnya IHSG pada hari Jumat. Kedua walaupun break dibawah support 4000 namun indeks tidak tutup di bawah level support 3918 sehingga ada harapan break level 4000 kemarin adalah false.
Apalagi aksi jual asing kemarin sangat terbatas hanya -111 milyar di pasar regular. Padahal biasanya bila indeks alami koreksi masif disertai dengan adanya outflow besar dari investor kakap ini. Bahkan sektor FINANCE yang biasanya menjadi sasaran empuk jualan malah tidak terjadi net sell dan ada inflow kecil +5.2 milyar. Ini artinya pelemahan kemarin terjadi tanpa disertai dengan distribusi asing yang besar. Bahkan dalam kondisi sentuh batas bawahnya pun saham BBCA hanya ‘dijual asing’ -55 milyar saja. Sama halnya dengan TLKM dan BBRI yang alami outlflow mini -25 milyar dan-22 milyar. Di sisi lain asing lakukan aksi beli di saham BMRI +25 milyar, INDF 15 milyar dan ADRO +12 milyar. Artinya sebagian mulai mencicil bargain hunting baik untuk rebound sementara ataupun persiapan bila market sudah mendekati bottomnya.
Lupakan COVID, Kini Stimulus Yang Jadi Penggerak Indeks Global
Bursa Global kemarin bergerak seperti roller coaster. Diprediksi melemah di awal pembukaan, lalu ada optimisme terkait stimulus penyediaan likuiditas oleh the FED namun berakhir negatif di perdagangan semalam. DOW terpangkas lagi -582 point setelah Senate untuk kedua kalinya gagal untuk menyetujui program stimulus besar besaran senilai 1 Trilyun USD yang diajukan Menteri Keuangan Steven Mnuchin. Bahkan timeline nya sekarang bergeser menjadi hari Jumat. Beruntung pelemahan ini tidak menjalar ke saham saham teknologi di NASDAQ yang hanya -0.3% setelah investor mulai melakukan aksi buyback di saham saham unggulan yang sudah turun cukup jauh. Naiknya saham Amazon +3.07%, Tesla +1.58%, Netflix +8.24% membantu ganjal longsornya NASDAQ apalagi saat FB Google dan Apple masih alami tekanan turun.
Market sepertinya sudah tidak lagi terfokus kepada COVID yang sekarang sudah menjadi known subject. Virus ini akan terus menyebar, sebabkan kematian orang dengan pre-existing condition, perlu pembatasan gerak dan interaksi antar yang sehat hingga mencapai level untuk selanjutnya alami imunitas. Setelah semua negara Eropa tercover dengan virus ini, episenter baru akan bergerak ke Amerika. Saat ini di US jumlah kasus telah capai lebih dari 43ribu orang dengan New York sebagai negara bagian yang paling banyak penderita 20875. Ini nyaris setengah dari kasus yang ada di negara Paman Sam. Sekarang yang perlu dilakukan adalah pencegahan dan pengobatan serta pemberian stimulus yang baik untuk kurangi dampaknya terhadap ekonomi.
Sektor Ini Cenderung Lebih Cepat Recovery Pasca Krisis
Mari sekarang kita mulai persiapkan diri untuk proses recovery pasar pasca krisis. Mulai melakukan seleksi terhadap saham saham dan sektor unggulan yang punya kans terbaik sebagai pilihan investasi.
Belajar dari tahun 2008 saat terjadi tsunami finansial di Amerika yang berimbas ke Indonesia, ada beberapa sektor yang alami recovery lebih cepat ketimbang sektor lainnya
Sektor | Waktu Untuk Mencapai Bottom | Waktu Untuk Recovery |
Basic Industry | 50 minggu | 50 minggu |
Consumer | 41 minggu | 32 minggu |
Finance | 55 minggu | 41 minggu |
Infrastructure | 55 minggu | 238 minggu |
Mining | 39 minggu | Sampai sekarang belum kembali ke peak nya di 2008 |
Misc-Ind | 41 minggu | 40 minggu |
Property | 50 minggu | 172 minggu |
Trade | 46 minggu | 129 minggu |
Dari data terlihat bahwa butuh waktu antara 40 minggu sampai 55 minggu untuk indeks meluruh hingga ke bottomnya saat krisis. Namun respond recoverynya cukup beragam. Mulai dari terendah 32 minggu hingga 238 minggu. Khusus untuk MINING ada perbedaan kasus karena sempat terjadi bubble yang cukup tinggi di sektor ini karena pengaruh dari saham saham kelompok Bakrie yang meletus seperti BUMI, ENRG dan DEWA. Apalagi BUMI yang sempat jadi jawara sektor ini meletus dari level 8500 ke level 300. Ini juga jadi salah satu sebab kena sektor MINING tidak pernah bisa mencapai level tertinggi 2008 hingga sekarang.
Bila dilakukan prioritas maka 4 sektor ini bisa dijadikan pilihan : alasannya waktu yang dibutuhkan untuk rebound lebih rendah dari waktu yang dibutuhkan untuk turun. Kami merekomendasikan 4 sektor ini bisa menjadi pilihan saat rebound : FINANCE – CONSUMER – MISC IND dan BASIC-IND.
Untuk ulasan detail saham saham mana dari sektor ini yang cocok dipantau akan kami cover di artikel berikutnya
Saham Orientasi Ekspor, Bank dan Farmasi Masuk Watchlist
Hari ini index masih akan menguji level support 3918 setelah kemarin break dari support psikologis 4000. Adanya stimulus the FED untuk memompa likuiditas diharapkan bisa menjinakkan US Dollar yang menguat dan menurunkan yield treasury. Banyak yang berharap aksi ini dapat menguatkan rupiah untuk sementara waktu yang kemarin sudah jauh diatas level 16700 per dollarnya.
Kemarin beberapa saham yang berorientasi ekspor mulai manggung karena terimbas penguatan dollar ini disamping saham yang diuntugkan dengan distribusi dan produksi obat COVID19. KAEF INAF ADRO SRIL bisa tetap diperhatikan hari ini pergerakannya disamping saham saham perbankan yang kemarin terkoreksi tapi minim sentimen jual asing seperti BBRI BBCA BMRI dan BBNI.
Indicator cepat pun masih sideways tandakan market masih tunggu sentimen positif yang konkret untuk kembali angkat IHSG. Namun sentimen regional pagi ini terimbas stimulus likuditas dari the FED bisa bawa IHSG rebound.
Support dan Resisten : 3911 – 4272
Tone dan Manner IHSG : 4 Sektor Saham Ini Alami Recovery Lebih Cepat Pasca Krisis
Potensi Pergerakan : 3911 – 4272
******
Manusia itu mahluk yang serba terbatas makanya tak heran kadang kita sering lakukan beberapa kesalahan dalam menilai pasar saat berinvestasi.
Market Amerika turun ke level terendah dan menghapus semua gain sejak Trump memimpin hanya karena faktor COVID19. Prestasi 4 tahun di’wipe-out’ hanya dalam waktu 1 bulan saja. https://sahamology.id/menikmati-keterbatasan-sebagai-manusia/
*******