Salah Kaprah Menabung dan Investasi
- 3 March 2020
- 0
“Ayo duitnya ditabung buat masa depan”, begitu nasehat para orang tua kepada anak anaknya yang baru saja diterima kerja. Atau ada juga yang bilang “Kalau kamu gak bisa nabung maka nanti tua nya susah”.
“Ayo duitnya ditabung buat masa depan”, begitu nasehat para orang tua kepada anak anaknya yang baru saja diterima kerja. Atau ada juga yang bilang “Kalau kamu gak bisa nabung maka nanti tua nya susah”. Nah disini terlihat masih ada salah kaprah yang keliru dengan KONSEP MENABUNG.
Banyak orang yang suka keliru atau salah kaprah menampatkan aktivitas ini : MENABUNG dan INVESTASI.
Karena pada prinsipnya MENABUNG dan INVESTASI itu adalah dua transaksi finansial yang sangat berbeda.
Pengen tahu kan bedanya apa ?
Kita liat dari tiga aspek aja ya sehingga ke depannya tidak ada lagi kesalahpahaman tentang keduanya
TUJUAN
Kalau menabung adalah aktivitas melakukan penyimpanan sebagian dana yang disisihkan karena tidak dikonsumsi untuk dipergunakan sewaktu waktu bila terjadi hal hal yang tidak diinginkan.
Misalkan ban mobil kita bocor dan harus ditambal, maka itu menggunakan dana yang ada pada tabungan. Atau tetiba ada salah satu anggota keluarga dekat menikah sehingga kita harus travelling ke satu kota, nah untuk beli tiketnya itu diambil dari dana yang ada di tabungan.
Jadi tabungan dapat berperan sebagai dana darurat untuk hal hal yang belum atau tidak dianggarkan secara rutin.
Sedangkan kalau investasi lebih bertujuan pada apresiasi nilai aset di masa depan. Di sini kita melakukan transaksi finansial di masa sekarang dengan harapan instrument atau benda yang kita miliki akan mempunyai nilai yang lebih tinggi dari harga yang kita bayarkan sekarang.
Contoh kita membeli rumah dengan harapan dalam 10 tahun kedepan akan terjadi apresiasi dari harga aset/harta tetap tersebut.
CARA TRANSAKSI
Investasi itu mengharuskan kita untuk melakukan kegiatan Beli – Jual. Membeli instrument /aset yang hendak disimpan dalam waktu tertentu misalkan emas, rumah, saham ataupun reksadana itu baru 50% dari kegiatan investasi. Sisanya adalah ketika kita menjual instrument/aset setelah terjadi kenaikan sesuai dengan target yang diharapkan. Tapi untuk beberapa instrument seperti saham kadang kita menjual aset tersebut guna menghindari turunnya nilai aset tadi.
Kalau menabung itu mewajibkan kita untuk rajin Setor/Simpan dan kadang melakukan Tarik/Withdraw. Tanpa ada dana yang disetor maka tidak ada yang bisa ditarik. Tanpa ada yang disimpan bagaimana kita bisa menggunakannya sebagai dana darurat.
RESIKO
Yang namanya menabung biasanya minim resiko : baik ditaruh di celengan maupun disimpang dib bank. Resiko disini dikaitkan dengan penurunan jumlah (kecuali untuk biaya rekening bulanan dan biaya transfer antar bank). Selain itu simpanan di bank juga dijamin oleh Lembaga Penjamin Simpanan hingga Rp 2 milyar, jadi kalau terjadi potensi fraud atau bank yang dilikuidasi dana nasabah masih dapat dikembalikan.
Berbeda halnya dengan investasi yang ada potensi resikonya. Instrumen investasi seperti saham dan reksadana ada resiko penurunan harga atau dikenal dengan nama Capital Loss. Sedangkan investasi property yang harganya berkecenderungan naik ada potensi likuiditas dimana aset tidak bisa dijual dengan cepat tergantung supply dan demand. Sama halnya pula dengan investasi lindung nilai safe haven seperti emas pun bisa punya resiko penurunan nilai dan likuiditas.
Sudah mulai pahamkan bedanya antara MENABUNG dan INVESTASI ? Gak salah kaprah lagi kan ? Nah jadi kalau nanti ortu ngomong “nabung biar bisa pensiun bahagia” langsung dijawab “investasi dong biar bisa pensiun bahagia”