Investment Outlook: Pola Sell In May akan terjadi di 2023 atau justru Teknikal Rebound?
- 22 May 2023
- 0
Penulis: Gembong Suwito (CEO JOOARA& Direktur InvestasiSAHAMOLOGY)
Tanggal publish: Senin, 22 Mei 2023
Investment Outlook 22-26 Mei 2023. Pola Sell In May akan terjadi di 2023 atau Justru Teknikal Rebound.Simak review dan prediksi IHSG, rekomendasi saham, Reksadana dan Obligasi.
IHSG Review: Pola Sell In May akan terjadi di 2023 atau justru teknikal rebound
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan hari jumat (19/5)ditutup mengalami kenaikan sebesar 37 poin atau 0.56% ke 6700. Dibuka pada 6663 terus mengalami kenaikan selama 2 sesi yang didorong oleh kenaikan saham BBRI (break ATH) dan BBCA dengan titik tertinggi di 6715 serta ditutup pada 6700. Selama 2 minggu dibulan mei IHSG cenderung mengalami koreksi (pola sell in may) dan pada minggu kemarin berhasil ditutup mengalami rebound. Secara statistik pola IHSG pada bulan mei sebagai berikut :
Fenomena Sell In May 2023 :
Statistik IHSG selama 10 tahun memperlihatkan pola bahwa selama 12 bulan kalender Bursa bulan januari – desember ada 3 bulan yang kemungkinan IHSG naik itu menjadi rendah yaitu bulan Mei (probabilitas 40%), September (probabilitas 33%) dan November (probabilitas 33%). Untuk Data di 2023 bulan mei terjadi banyak tekanan negatif dari sisi Global yaitu Kenaikan The Fed 25 basis menjadi 5.25%, sektor Komoditas yang terus mengalami penurunan terutama di harga Minyak dan batubara (sektor energy) menjadi penyebabnya, walaupun laporan Q1 bank-bank besar (BBCA, BBRI, BBNI dan BMRI) mengalami kenaikan dari periode sebelumnya.
Fokus data ekonomi serta berita ekonomi yang menjadi penggerak utama market pada maret kemarin sebagai berikut :
The Fed kerek Suku bunga 10 kali berturut-turut menjadi 5.25% (tertinggi selama 16 tahun terakhir).
Bank Sentral Amerika Serikat, Federal Reserve atau The Fed kembali menaikkan suku bunga acuan sebesar 0.25% untuk kesepuluh kalinya secara berturut-turut sejak maret 2022. Pertemuan FOMC The Fed pada 2-3 Mei 2023 menghasilkan penetapan target suku bunga acuan sebanyak 0.25% ke 5.25% yang merupakan level tertinggi sejak 2007. Dilansir dari Reuters pada kamis (4/5) Ketua The Fed Jerome Powell Mengatakan The Fed masih memandang inflasi terlalu tinggi dan tekanan harga yang tinggi tetap menjadi perhatian bank sentral. Karena itu Powell mengatakan terlalu dini untuk mengatakan bahwa siklus kenaikan suku bunga telah berakhir. Pihaknya siap untuk berbuat lebih banyak dengan kenaikan suku bunga jika diperlukan dan para pejabat the FED tidak memutuskan pada pertemuan untuk menghentikan kenaikan suku bunga pada pertemuan kebijakan bulan juni 2023. The Fed diperkirakan akan melakukan penurunan suku bunga acuan pada 2024 dengan suku bunga acuan diprediksi turun menjadi 4.3%.
Inflasi Amerika Serikat (AS) di Bulan April di 4.9% turun 10 bulan beruntun.
Inflasi Amerika Serikat (AS) pada April 2023 tercatat sebesar 4.9% secara tahunan (YoY) atau berada dibawah ekspektasi. Berdasarkan konsensus para ekonom yang disurvey Reuters, Inflasi pada April 2023 diperkirakan sebesar 5% YoY atau sama persis seperti bulan sebelumnya. Dikutip dari Biro Ketenagakerjaan AS yang dirilis pada Rabu (10/5), Indeks Harga Konsumen AS jadi yang terendah sejak april 2021. Perlu diketahui bahwa inflasi AS telah turun 10 bulan berturut-turut sejak mencapai 9.1% pada juni 2022.
Janet Yellen Pastikan 1 Juni AS Default, jika tak mau menaikkan Plafon Utang.
Menteri keuangan Amerika Serikat Janet Yellen memastikan kepada Kongres bahwa Amerika berpotensi mengalami default atau gagal bayar paling cepat 1 juni 2023 mendatang. “Dengan informasi tambahan yang tersedia sekarang, saya menulis untuk dicatat bahwa kami memperkirakan Departemen Keuangan kemungkinan tidak akan lagi dapat memenuhi semua utang pemerintah jika kongres tidak bertindak untuk menaikkan atau menangguhkan batas utang pada awal Juni, dan berpotensi paling cepat 1 juni” kata Yellen, dikutip dari CNBC Internasional, selasa (16/5/2023).
Kinerja Sektoral IHSG Minggu Kemarin (15-19 mei 2023)
Sumber: IDX IHSG pada minggu kemarin masih ditutup mengalami penurunan tipis dalam perdagangan seminggu yaitu turun 7.20 point atau -0,11%, sedangkan untuk LQ45 mengalami kenaikan sebesar 0.79% dan indeks IDX30 juga naik 0.82%. anomali pergerakan IHSG dan Indeks LQ45, IDX30 disebabkan oleh penggerak market BBCA dan BBRI pada Indeks LQ45 dan IDX30 lebih besar dibandingkan dengan bobot IHSG. 11 Sektor IHSG pada minggu kemarin 7 sektor mengalami penurunan yang diperberat oleh sektor Energi yang turun 5,63%, sektor transportasi yang turun -3,96% dan sektor Bahan baku (basic) yang turun -3,41% sedangkan untuk yang mengalami kenaikan masih ditunjang oleh sektor kesehatan naik 1,89%, dan sektor konsumer primer (noncyclic) sebesar 0.42%.
Rotasi Sektoral
Sektor yang dibagian Leading untuk minggu kemarin masih di sektor Industri (terutama ASII) dan sektor Property (sentimen positif terkait suku bunga yang tidak naik lagi) sedangkan untuk sektor yang menjadi pemberat (lagging) adalah sektor Energy dan sektor Basic (bahan baku).
Investor Asing
Pola Pergerakan Investor Asing
Pada IHSG Pada perdagangan terakhir BEI minggu lalu hari jumat (19/5) investor asing melakukan aksi pembelian (Net Buy) sebesar Rp 1.04 Trilyun yang terdiri dari pembelian dipasar reguler sebesar Rp 1.12 Trilyun, penjualan di pasar negosiasi dan tunai sebesar 78.26 Milliar sehingga total pembelian semua di pasar adalah sebesar Rp 1.04 Trilyun. Sedangkan untuk perdagangan 1 minggu kemarin investor asing (foreign flow) melakukan Penjualan (Foreign Flow) sebesar Rp 1,10 Trilyun dengan detail penjualan dipasar reguler (net Sell) sebesar Rp 1,62 Trilyun dan pembelian di pasar negosiasi dan tunai di Rp 522 Milyar sehingga penjualan bersih (Net sell) sebesar Rp 1.10 Trilyun. Sedangkan total selama 1 bulan April Mei ini investor asing telah melakukan total pembelian (net buy) sebesar Rp 4,40 Trilyun diseluruh pasar dengan perincian di pasar reguler terjadi aksi pembelian (net buy) sebesar Rp 3.96 Trilyun dan di pasar negosiasi tunai terjadi penjualan bersih (net sell) sebesar Rp 442 Milliar. Sehingga selama awal tahun 2023 (Ytd) Investor asing secara total sudah masuk Rp 15,99 Trilliun di seluruh pasar.
5 Saham yang Diakumulasi Asing Terbesar dalam Mingguan (Dibeli Asing)
Sumber Data: RTI Business
Saham yang selama seminggu ini paling banyak dibeli oleh investor asing yaitu saham Gojek tokopedia (GOTO) sebesar 322 Milyar, saham Bank Rakyat Indonesia (BBRI) sebesar 266 Milyar, saham Indofood CBP SUkses Makmur (ICBP) sebesar 199 Milyar, saham Merdekat Copper Gold (MDKA) sebesar 125 Milyar dan saham Astra Internasional (ASII) sebesar 50 Milyar. Secara umum inflow asing tidak terlalu besar dalam mingguan kecuali pada jumat cukup besar masuk di BBRI dan BBCA.
5 Saham yang Distribusi Asing Terbesar Dalam Mingguan (Dijual Asing)
Sumber Data: RTI Business
Saham yang dijual/distribusi oleh investor asing terbanyakadalah Telkom Indonesia (TLKM) sebesar 675 Miyar, saham Bank Central Asia (BCA) sebesar 602 Milyar (walaupun pada jumat ada inflow yang besar), saham bank mandiri sebesar 378 Milyar, saham Bank Negara Indonesia (BBNI) sebesar 144 Milyar dan saham Adaro Energy (ADRO) sebesar 143 Milyar.
Invesment Outlook: IHSG Minggu Ini (22-26 Mei 2023)
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada minggu ini masih akan tergerak konsolidasi alias sideways dengan range Resisten kuat di 6950-7000 (tidak akan tembus di minggu ini) dan batas support kuatnya masih di 6600-6550. Untuk minggu ini pergerakan IHSG akan cenderung positif (naik).
Data dan Sentimen Kuat Penggerak Market
Data Global:
Sumber: Investing.com
Minggu ini secara Global masih menunggu sentimen default Hutang AS dan Keputusan FOMC Meeting (tidak akan menaikkan suku bunga lagi alias hold) serta data pertumbuhan GDP AS di Q1 2023. secara Lokal atau domestik fokusnya masih di Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia yang kemungkinan besar akan tetap mempertahankan suku bunga acuan di 5.75%.
Rekomendasi Saham
Lebih banyak waits and see dengan kas portofolio di 60-80% untuk saat ini (sambil nunggu koreksi sehat di bank-bank besar). Saham-saham yang menjadi Watchlist minggu ini adalah :
- TLKM
Price Action Teknikal dan Flow Asing
TLKM mulai pembelian bertahap di under 4020 dan 3950 dengan target 4300-4400. Ditambah dengan adanya RUPS tgl 30 Mei 2023 untuk penentuan besarnya deviden. Jadi target 4300-4400 realistis sampai juni 2023.
Secara Fundamental konsensus Analisis
Komposisi saham di jajaran LQ45 (lama)
Reksa Dana
Berikut rincian pergerakan reksa dana indeks basis LQ45, IDX30, dan JII:
Reksa Dana Indeks Basis LQ45 dan ETF LQ45
Indeks LQ45 masih akan sideways dengan pergerakan di range support 930-935 sedangkan resistennya di 945-950. Arah cenderung untuk teknikal rebound alias naik.
Reksa Dana Indeks Basis IDX30 dan ETF IDX30
IDX30 masih akan di support 480-485 serta resisten di 500-505.
Indeks Syariah/Jakarta Islamic Indeks (JII)
JII cenderung koreksi karena ditekan oleh sektor Energi terutama Batubara. Arah masih downtrend
Rekomendasi Reksa Dana
Berikut ini merupakan produk reksa dana yang unggul atau memiliki kinerja lebih baik (aktif) dibandingkan dengan market (YtD).
Reksa Dana Saham
Kriteria seleksi berdasarkan parameter:
- Return 2022: Year To Date (YTD) di atas IHSG
- Asset Under Management (AUM): di atas 200 M
- Sharpe Ratio: Positif dan semakin tinggi semakin baik
- DrawDown (DD): 9-15%
- Top 20 Manajer Investasi (MI) sisi Dana Kelolaan
Reksadana Saham
Sumber: Indopremier per 22 Mei 2023
Tahun 2023 merupakan tahun yang menantang untuk reksadana terutama basisnya saham, untuk saat ini kita masih melanjutkan view dan penempatan reksadana saham dengan style bluchips seperti diatas.
Sektoral dan Top Holding Sahamnya Per Data FFS contoh case Produk SAM dana Cerdas
- Schroder Dana Prestasi Plus : jenis reksadana aktif dengan saham-saham bluechip yang menjadi core bobotnya seperti BBCA, BBRI, BBNI, BMRI, ASII, KLBF, MYOR, MDKA, MAPI, TLKM.
- SAM Dana Cerdas : Jenis reksa dana aktif yang pengelolaannya akitf pada saham-saham Kombinasi Bluechip dan medium small dengan top holding di saham Bank Rakyat Indonesia (BBRI), Indocement Tunggal Perkasa (INTP), Indosat (ISAT), Medco Energy (MEDC), Merdeka Copper Gold (MDKA), Sarana Menara Nusantara (TOWR).
Reksa Dana Campuran
Kriteria seleksi berdasarkan parameter:
- Return 2022: Year To Date (YTD) di atas Infovesta Balance Fund Indeks
- Asset Under Management (AUM): di atas 100 M
- Sharpe Ratio: Positif dan semakin tinggi semakin baik
- DrawDown (DD): 7-12%
Sumber: Indopremier
Sektoral dan Top Holding Saham dan Obligasinya Per Data FFS
- Batavia Dana Dinamis: Alokasi kebijakan investasinya di pasar uang 11%, obligasi perusahaan sebesar 8%, obligasi pemerintah di 19,94% dan saham sebesar 61,03%.
Top holding sahamnya: BBCA, ARTO, BMRI, BBRI, BTN, BBNI, TLKM.
- Schroder Dana Campuran: Portofolio aset alokasi di saham 57%, obligasi 39,58% dan cash sebesar 3% sedangkan untuk top holding perusahaannya adalah BBCA, BBRI, BBNI, TLKM, ASII.
Reksa Dana Pendatapan Tetap
Kriteria seleksi berdasarkan parameter:
- Return 2022: Year To Date (YTD) di atas Infovesta Fix Income Indeks
- Asset Under Management (AUM): di atas 100 M
- Sharpe Ratio: Positif dan semakin tinggi semakin baik
- DrawDown (DD): 4-6%
Untuk tahun 2023 karena kenaikan suku bunga sudah terbatas maka kami merekomendasikan reksadana pendapatan tetap dengan tipe agresif yaitu penempatan di obligasi negara lebih banyak contoh ABF Indonesia Bond Indeks Fund dengan porsi yang lebih besar, sedangkan untuk stabilitas kita kombinasikan dengan reksadana pendapatan tetap basisnya obligasi swasta. Reksa dana pendapatan tetap dengan kinerja di atas rata-rata pendapatan tetap yang ada di market karena strategi investasi mereka adalah di obligasi swasta yang dominan diambil.
Oleh karena itu, kinerjanya lebih bagus dan stabil. Contoh pada FFS di Succor Invest Stable Fund dan sukuk syariah fund sucor.
Reksa Dana Pasar Uang
Kriteria seleksi berdasarkan parameter:
- Return 2022: Year To Date (YTD)
- Asset Under Management (AUM): di atas 500 M
- DrawDown (DD): 0-0,5%
Sumber: Indopremier
Penempatan reksa dana pasar uang lebih dominan di obligasi jangka pendek dibandingkan dengan deposito dan penempatan deposito dengan rate bunga yang menarik yaitu ada di Bank buku 1-2 dan porsi obligasi swasta lebih banyak.
Investment Outlook: Obligasi
Obligasi Negara tipe FR yang menjadi acuannya adalah FR tenor 10 tahun:
Sumber: CNBC
Secara yield obligasi pemerintah tenor 10 tahun kembali ke 6.41% karena kenaikan suku bunga AS sudah di 5.25% (tertinggi selama 16 tahun).
Saatnya Membeli Sukuk Tabungan (SR010) dengan kupon 6.25% tenor 2 tahun, 6.4% tenor 4 Tahun.
Disclaimer ON:
Sifat dari analisis ini adalah pandangan pribadi penulis berdasarkan pemahaman dan pengalaman, segala instrumen Investasi ada sisi risiko dan potensinya. Do Your Own Research (DYOR)!