Penulis: Gembong Suwito (Direktur Edukasi dan Investasi SAHAMOLOGY)

Tanggal publish: Senin, 6 Februari 2023

Investment Outlook 30 Januari -3 Februari 2023. IHSG menuju 7000 didorong laporan keuangan bigbank. Simak review dan prediksi IHSG, rekomendasi saham, Reksadana dan Obligasi.

IHSG Review: IHSG Menuju 7000 didorong oleh laporan keuangan BigBank

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan hari jumat (3/2) berhasil ditutup melanjutkan kenaikan sebesar 21 poin atau 0.31% ke 6912. Kenaikan IHSG didorong oleh laporan keuangan BBNI, BBCA, BMRI yang sangat baik dan sektor teknologi (GOTO, BUKA), serta dari sisi Global yaitu Keputusan The Fed yang menaikkan suku bunga acuan 0.25% ke 4.75% sesuai dengan ekspektasi pasar.

Fokus data ekonomi serta berita ekonomi yang menjadi penggerak utama market minggu kemarin adalah sebagai berikut:

Suku bunga The Fed naik sesuai Ekspektasi pasar yaitu 0.25% menjadi 4.75%

Hasil rapat FOMC dari bank sentral AS alias The Fed memutuskan untuk menaikan suku bunga acuan hanya 0.25% ke 4.75% mengindikasikan bahwa The Fed mulai mengendurkan agresifannya dalam menaikkan suku bunga seiring mulau turunnya angka inflasi AS. The Fed menaikkan suku bunga sebesar 50 basis atau 0.5% pada desember 2022 dan 75 basis pada empat pertemuan sebelumnya. Meredanya inflasi terlihat dari indeks harga konsumen (IHK) AS yang tercatat naik 6.5% YoY pada desember 2022 dan lebih rendah dari november 2022 sebesar 7.1% YoY. Kenaikan suku bunga sebesar 25 basis menunjukkan bahwa ancaman resesi mulai mereda.

Kenaikan suku bunga The Fed akan mulai terbatas, diperkirakan sampai semester I di 2023 akan ada hanya satu kali kenaikan dengan maksimal di range 5%-5.25%.

Data Ketenagakerjaan AS (NFP) masih sangat bagus yaitu 517k diatas ekspektasi.

Data ketenagakerjaan Amerika Serikat (AS) yang dirilis pada jumat (4/2) waktu setempat kembali menunjukkan hasil yang positif. Data ini sekaligus menandakan sektor tenaga kerja AS masih cukup kuat. Data penggajian non pertanian (NFP) dan tingkat pengangguran pada periode januari 2023 telah dirilis dan hasilnya menunjukkan bahwa tenaga kerja di AS masih belum ada tanda-tanda lemah. Data NFP per januari 2023 yang dirilis kemarin dilaporkan melonjak menjadi 517.000 dari sebelumnya sebesar 260.000 pada desember 2022 dan angka ini juga diatas ekspektasi pasar sebesar 187.000. Tingkat pengangguran AS pada periode januari 2023 juga dilaporkan mengalami penurunan yakni hanya 3.4% dari sebelumnya di desember sebesar 3.5%. hal ini membuktikan bahwa sektor tenaga kerja di Amerika Serikat masih cukup kuat meski data ekonomi lainnya mulai menandakan adanya pelemahan.

Inflasi di Indonesia terkendali dengan data inflasi januari 5.28% YoY turun dari sebelumnya di 5.51%.  

Badan Pusat Statistik (BPS) telah mengumumkan laju inflasi pada januari 2023 sebesar 0.34% MoM bila dibandingkan dengan Desember 2022 dan secara tahunan angka inflasinya (Indeks Harga Konsumen) mengalami inflasi 5.28% lebih rendah dari bulan sebelumnya di 5.51%. Bank Indonesia menyakini inflasi inti tetap berada pada kisaran 3 +- 1% pada semester I 2023 dan inflasi IHK kembali ke sasaran pada semester II 2023. Bank indonesia akan terus memperkuat respon kebijakan moneter , serta koordinasi dengan pemerintah guna memastikan penurunan dan terkendalinya inflasi tersebut.

Tingkat inflasi sudah terus mengalami penurunan dari titik tertinggi di 5.71%. Inflasi di indonesia masih terjaga dengan target semester II 2023 kembali ke range normal di 3+-1%.

Kinerja Sektoral IHSG Minggu Kemarin (30 Januari – 3 Februari  2023)

Sumber: IDX

Welcome bulan Februari. Diawal februari ini indeks harga saham gabungan (IHSG) dalam perdagangan minggu pertama di bulan februari ditutup mengalami kenaikan tipis di 12 poin atau 0.18%ke level 6911,73. Pola kenaikan ini juga diikutin oleh Indeks LQ45 dan IDX30 yang mengalami kenaikan sebesar 0.32% dan 0.08%. 3 sektor yang mengalami kenaikan tertinggi dan menjadi pendorong IHSG adalah sektor teknologi yang naik 5.25% (saham GOTO, BUKA), saham sektor kesehatan yang naik 3.11% dan saham sektor Konsumer non cyclic yang naik 2.85%, adapun sektor yang menjadi pemberat Indeks IHSG adalah sektor Energi terutama dari saham batubara yang turun sebesar -3,60%, sektor industri yang turun -1,31% dan sektor IDX Transportasi dan logistik yang turun -0.25%.

Investor Asing

Pola Pergerakan Investor Asing pada IHSG

Pada perdagangan terakhir BEI minggu lalu tepatnya di jumat (3/2) investor asing masuk cukup besar sebanyak 1.25 Trilliun yang terdiri dari 1.28 Trilliun di pasar Reguler dan -26,16 Milyar di pasar negosiasi dan tunai. Namun, Inflow terbesar di saham BBCA dan BBRI yang mendorong keduanya naik lebih dari 2%. Selama seminggu kemarin (30 januari – 3 februari 2023) Investor asing melakukan aksi penjualan saham (Net Sell) sebesar Rp 460 Milliar dengan perincian di pasar reguler dijual sebanyak Rp 714 milliar dan dipasar tunai dan negosisasi dibeli sebesar 253 Milliar. Sedangkan selama awal tahun 2023 sampai kemarin (year to date / Ytd) investor asing telah melakukan penjualan saham (net sell) sebesar Rp 3,27 Trilliun.  

5 Saham yang Diakumulasi Asing Terbesar dalam Mingguan (Dibeli Asing)

Sumber Data: RTI Business

Saham yang selama seminggu ini paling banyak dibeli oleh investor asing yaitu saham Gojek Tokopedia (GOTO) sebesar 266 Milliar, saham Merdeka Copper Gold (MDKA) sebesar 106 Milliar , saham Astra Internasional (ASII) sebesar Rp 61 Milliar, saham Indah kiat Pulp & Paper (INKP) sebesar 51 Milliar dan saham Indofood CBP SUkses Makmur (ICBP) sebesar 49 Milliar.

5 Saham yang Distribusi Asing Terbesar Dalam Mingguan (Dijual Asing)

Sumber Data: RTI Business

Baca Juga : Investment Outlook Edisi 30 Januari 2023

Saham yang dijual/distribusi oleh investor asing terbanyak adalah saham saham bank mandiri (BMRI) sebesar 593 Miliar, saham bank bca sebesar 293 Milliar, saham sumber alfaria Trijaya (AMRT) sebesar Rp 241 Milliar, saham Telkom Indonesia (TLKM) sebesar Rp 75 Milliar dan saham United Tractor (UNTR) sebesar 65 Milliar.

Invesment Outlook: IHSG Minggu Ini (6-10 Februari 2023)

Investment Outlook IHSG

Rilis data pertumbuhan Ekonomi (GDP) indonesia hari ini dengan pertumbuhan di 5.31% sangat baik dan akan menjadi katalis positif untuk IHSG melanjutkan kenaikan dengan target 7050 minggu ini, namun jika ada faktor eksternal yang membuat sentimen negatif misalnya sentimen jelek kasus adani di india dan covid-19 di China akan menekan laju kenaikan IHSG menjadi turun dengan support di 6750 dan 6600. Outlook minggu ini masih positif alias naik.

Data dan Sentimen Kuat Penggerak Market

Data Global:

Sumber: Investing.com

Penggerak market pada minggu ini secara global adalah menunggu Testimoni dari Gubernur bank Sentral AS Powell dan data persediaan minyak dunia. Secara umum tidak ada yang kuat dari sisi global yang membuat extreem turun minggu ini, justru yang terjadi adanya inflow investor asing pada saham-saham bigbank seperti bbca dan bbri apalagi bbri akan rilis laporan keuangan 2022 yang akan diperkirakan ada lonjakan profit di 45-50 Trilliun di tahun 2022.

Rekomendasi Saham

Hanya menunggu Take profit pada saham saham yang sudah dikoleksi dengan referensi target profitnya :

  1. BBCA di take profit  range 8850-8900 minggu ini
  2. BBRI di take Profit range 4950-5050 minggu ini

ANTM dan MDKA sudah di take profit tunggu koreksi sehat untuk dapat masuk kembali secara bertahap.

Investment Outlook:

Reksa DanaBerikut rincian pergerakan reksa dana indeks basis LQ45, IDX30, dan JII:

Reksa Dana Indeks Basis LQ45 dan ETF LQ45

Indeks LQ45 berhasil teknikal rebound minggu ini dengan target kenaikan di 970 (resisten kuat minggu ini), sedangkan jika mengalami koreksi sehat maka batas supportnya di 930. Secara investment outlook masih akan positif alias naik.

Reksa Dana Indeks Basis IDX30 dan ETF IDX30

IDX30 akan mirip pergerakan dengan LQ45 dengan target kenaikan di 505 dan 510 (resisten minggu ini) sedangkan batas suport masih di 480.

Indeks Syariah/Jakarta Islamic Indeks (JII)

JII juga masih tes suport di 570 dan 560 (batas suport minggu ini), sedangkan resisten di 590 dan 600 (resisten kuat minggu ini) secara investment outlook masih konsolidasi.

Rekomendasi Reksa Dana

Berikut ini merupakan produk reksa dana yang unggul atau memiliki kinerja lebih baik (aktif) dibandingkan dengan market (YtD).

Reksa Dana Saham

Kriteria seleksi berdasarkan parameter:

  • Return 2022: Year To Date (YTD) di atas IHSG
  • Asset Under Management (AUM): di atas 200 M
  • Sharpe Ratio: Positif dan semakin tinggi semakin baik
  • DrawDown (DD): 9-15%
  • Top 20 Manajer Investasi (MI) sisi Dana Kelolaan

Reksadana Saham

Sumber: Indopremier per 5 Februari 2023

Tahun 2023 merupakan tahun yang menantang untuk reksadana terutama basisnya saham, untuk saat ini kita masih melanjutkan view dan penempatan reksadana saham dengan style bluchips seperti diatas.  

Sektoral dan Top Holding Sahamnya Per Data FFS

  • SAM Dana Cerdas  : Jenis reksa dana aktif  yang pengelolaannya akitf pada saham-saham kombinasi Bluechip dan medium small dengan top holding di saham Bank Rakyat Indonesia ( BBRI ), Indocement Tunggal Perkasa (INTP), Indosat (ISAT), Medco Energy (MEDC), Merdeka Copper Gold (MDKA), Sarana Menara Nusantara (TOWR).

Reksa Dana Campuran

Kriteria seleksi berdasarkan parameter:

  • Return 2022: Year To Date (YTD) di atas Infovesta Balance Fund Indeks
  • Asset Under Management (AUM): di atas 100 M
  • Sharpe Ratio: Positif dan semakin tinggi semakin baik
  • DrawDown (DD): 7-12%

Sumber: Indopremier

Sektoral dan Top Holding Saham dan Obligasinya Per Data FFS

  • Batavia Dana Dinamis: Alokasi kebijakan investasinya di pasar uang 11%, obligasi perusahaan sebesar 8%, obligasi pemerintah di 19,94% dan saham sebesar 61,03%.

Top holding sahamnya: BBCA, ARTO, BMRI, BBRI, BTN, BBNI, TLKM.

  • Schroder Dana Campuran: Portofolio aset alokasi di saham 57%, obligasi 39,58% dan cash sebesar 3% sedangkan untuk top holding perusahaannya adalah BBCA, BBRI, BBNI, TLKM, ASII.

Reksa Dana Pendatapan Tetap

Kriteria seleksi berdasarkan parameter:

  • Return 2022: Year To Date (YTD) di atas Infovesta Fix Income Indeks
  • Asset Under Management (AUM): di atas 100 M
  • Sharpe Ratio: Positif dan semakin tinggi semakin baik
  • DrawDown (DD): 4-6%

Untuk tahun 2023 karena kenaikan suku bunga sudah terbatas maka kami merekomendasikan reksadana pendapatan tetap dengan tipe agresif yaitu penempatan di obligasi negara lebih banyak contoh ABF Indonesia Bond Indeks Fund dengan porsi yang lebih besar, sedangkan untuk stabilitas kita kombinasikan dengan reksadana pendapatan tetap basisnya obligasi swasta.  Reksa dana pendapatan tetap dengan kinerja di atas rata-rata pendapatan tetap yang ada di market karena strategi investasi mereka adalah di obligasi swasta yang dominan diambil.

Oleh karena itu, kinerjanya lebih bagus dan stabil. Contoh pada FFS di Succor Invest Stable Fund dan sukuk syariah fund sucor.

Reksa Dana Pasar Uang

Kriteria seleksi berdasarkan parameter:

  • Return 2022: Year To Date (YTD) 
  • Asset Under Management (AUM): di atas 500 M
  • DrawDown (DD): 0-0,5%

Sumber: Indopremier

Penempatan reksa dana pasar uang lebih dominan di obligasi jangka pendek dibandingkan dengan deposito dan penempatan deposito dengan rate bunga yang menarik yaitu ada di Bank buku 1-2 dan porsi obligasi swasta lebih banyak.

Investment Outlook: Obligasi

Obligasi Negara tipe FR yang menjadi acuannya adalah FR tenor 10 tahun:

Sumber: CNBC

Secara yield obligasi pemerintah tenor 10 tahun kembali ke 6.64% alias kembali ke yield wajarnya dengan harga 102.60. Penurunan obligasi negara dan reksadana pendatapan tetap berbasis obligasi negara sudah mulai berkurang. Kita mulai masuk secara bertahap untuk obligasi berbasis negara.

Mayoritas obligasi domestik di indonesia mengalami penurunan yield karena :

  1. Nilai tukar rupiah terhadap dollar cenderung mengalami penguatan. Dari kurs 15.800 sekarang di 14.800an
  2. Rilis data inflasi indonesia yang masih terkendali dan terus mengalami penurunan dari bulan sebelumnya inflasi skrng di 5.28%.

Saatnya Membeli SBR012 tenor 2 tahun dengan kupon 6.15%.

Untuk sementara P2P kita tidak rekomendasi sambil melihat perbaikan sistem dan perlindungan Investor untuk P2P. Disclaimer ON:

Sifat dari analisis ini adalah pandangan pribadi penulis berdasarkan pemahaman dan pengalaman, segala instrumen Investasi ada sisi risiko dan potensinya. Do Your Own Research (DYOR)!