Dalam keterbukaan informasi kepada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Selasa (8/8/2023). Disebutkan bahwa Low Tuck Kwong membeli 211.100 saham BYAN dengan harga Rp 19.679,48 per saham pada tanggal 1-3 dan 7 Agustus 2023. Total investasi yang ditanamkan mencapai Rp 4,15 miliar untuk memperoleh saham BYAN. Tujuan dari transaksi investasi ini adalah untuk memperluas kepemilikan langsungnya di perusahaan tersebut.

Setelah transaksi pembelian ini, Low Tuck Kwong kini memiliki 20.330.026.270 saham BYAN. Kepemilikan Low Tuck Kwong kini sekitar 60,99 persen dari total saham yang ada. Sebelumnya, ia memiliki 20.329.815.170 saham BYAN. Pembelian saham ini menunjukkan keyakinan yang kuat dari Dato Dr. Low Tuck Kwong terhadap prospek bisnis PT Bayan Resources Tbk di masa depan.

Saham BYAN sendiri telah mengalami fluktuasi pada hari Senin, 7 Agustus 2023. BYAN mengalami pelemahan sebesar 1,56 persen dengan harga penutupan mencapai Rp 17.375 per saham. Saham ini dibuka pada posisi Rp 17.750 per saham, mencapai level tertinggi Rp 17.850, dan terendah Rp 17.150 per saham. Frekuensi perdagangan saham mencapai 1.006 kali dengan volume perdagangan sebanyak 4.482 lot saham, serta nilai transaksi mencapai Rp 7,8 miliar.

Strategi Diversifikasi Bisnis PT Bayan Resources Tbk Menghadapi Transisi Energi

Sebagai respons terhadap transisi energi yang sedang digalakkan oleh pemerintah, PT Bayan Resources Tbk (BYAN) telah mempersiapkan langkah-langkah diversifikasi bisnis. Direktur BYAN, Alexander Ery Wibowo, menyebutkan bahwa salah satu potensi bisnis yang akan diperluas adalah konversi batu bara menjadi produk petrokimia. Hal ini sejalan dengan upaya untuk beradaptasi dengan perubahan tren industri yang semakin mengedepankan energi ramah lingkungan.

Meskipun permintaan global untuk produk batu bara masih tinggi. Perusahaan ini melihat potensi dalam industri petrokimia sebagai peluang bisnis di masa depan. Selain itu, BYAN tidak hanya terfokus pada kegiatan pertambangan, tetapi juga mempertimbangkan sisi logistik dalam lini bisnisnya. Dengan demikian, perusahaan ini memiliki keyakinan bahwa mereka dapat bertahan dan beradaptasi dengan perubahan tren dalam jangka waktu yang lebih panjang.

Baca juga: MTEL: PERINGKAT IDAAA DAN PERTUMBUHAN BERKELANJUTAN DI INDUSTRI MENARA TELEKOMUNIKASI

Selain itu, dalam konteks transisi energi menuju mobilitas hijau, mobil listrik menjadi fokus penting. Namun, pengisian daya baterai mobil listrik masih memerlukan sumber listrik berkapasitas besar. Yang saat ini banyak dihasilkan dari pembakaran batu bara. Meskipun tantangan ini ada, BYAN berpendapat bahwa perusahaan batu bara masih dapat berkontribusi positif dalam fase transisi ini.

Perusahaan Batu Bara Bisa Tetap Berkontribusi

Sebagai strategi untuk beradaptasi dengan perubahan tersebut, BYAN dapat meningkatkan kualitas batu bara dengan sulfur rendah untuk menjadikannya lebih ramah lingkungan. Selain itu, mereka juga dapat menjajaki konversi batu bara menjadi produk petrokimia seperti methanol dan ethanol. Dengan langkah-langkah ini, BYAN berusaha untuk tetap relevan dan berkelanjutan dalam industri energi yang terus berkembang.

Meskipun tantangan transisi energi tidak dapat diabaikan, perusahaan batu bara memiliki peluang untuk melakukan perubahan yang diperlukan sambil tetap menjalankan bisnis yang menguntungkan. Dalam jangka pendek, batu bara tetap menjadi sumber listrik utama di banyak negara Asia, termasuk Indonesia. Namun, dengan adanya upaya konversi dan diversifikasi, perusahaan-perusahaan batu bara dapat tetap berkontribusi dalam perubahan menuju energi yang lebih bersih dan berkelanjutan.

Analisa saham BYAN lebih mudah pakai SAHAMOLOGY Download sekarang https://cutt.ly/SahamologyApp