Bank Indonesia (BI) mengeluarkan pernyataan yang mengisyaratkan bahwa ketidakpastian dalam perekonomian global telah kembali meningkat. Dalam sebuah konferensi pers yang diadakan pasca Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI, Gubernur Perry Warjiyo mengungkapkan bahwa terjadi pergeseran signifikan dalam komposisi pertumbuhan ekonomi global tahun 2023.

Salah satu poin penting yang diungkapkan oleh Gubernur BI adalah perlambatan pertumbuhan ekonomi Tiongkok. Faktor-faktor seperti melemahnya keyakinan pelaku ekonomi dan tingginya utang rumah tangga di Tiongkok telah mengurangi tingkat konsumsi dan kinerja properti, yang pada akhirnya berdampak pada sektor investasi. Hal ini telah menggerus pertumbuhan ekonomi negara tersebut.

Di sisi lain, ekonomi Eropa juga menghadapi tantangan serius akibat eskalasi ketegangan geopolitik antara Rusia dan Ukraina. Ketidakpastian yang muncul dari situasi ini telah merusak keyakinan para pelaku ekonomi di wilayah tersebut, berdampak negatif pada pertumbuhan ekonomi.

Baca jugaSETELAH MASUK MSCI, SAHAM BAKRIE KOMPAK MASUK FTSE

Namun, kabar baik datang dari ekonomi Amerika Serikat (AS). Pertumbuhan ekonomi AS ternyata melebihi prakiraan awal, yang terutama disokong oleh pemulihan konsumsi. Kenaikan upah dan tingginya tingkat tabungan berperan penting dalam mendukung pemulihan konsumsi yang lebih kuat dari yang diharapkan sebelumnya.

Pada sisi inflasi, negara-negara maju masih menghadapi tekanan yang signifikan akibat perekonomian yang kuat dan pasar tenaga kerja yang ketat. Namun, negara-negara berkembang telah mengalami penurunan dalam tingkat inflasi mereka. Dampak ini diperkirakan akan mendorong kenaikan suku bunga kebijakan moneter di negara-negara maju, termasuk di AS yang dikenal dengan Federal Funds Rate (FFR).

Gubernur Perry Warjiyo menekankan bahwa berbagai perkembangan ini semakin meningkatkan ketidakpastian di pasar keuangan global. Hal ini telah mendorong arus modal yang lebih selektif menuju negara-negara berkembang. Di tengah meningkatnya tekanan terhadap nilai tukar di negara-negara berkembang, tindakan kebijakan yang tepat diperlukan untuk meredam risiko-risiko yang mungkin timbul. Bank Indonesia telah menegaskan komitmennya dalam mengambil langkah-langkah responsif guna mengatasi dampak dari ketidakpastian global ini.