S&P Downgrade Outlook Negatif. IHSG Akan Loyo?
- 20 April 2020
- 0
Minggu ini diawali dengan berita buruk tentang ‘semi downgrade’ status Republik Indonesia oleh S&P dari BBB Stable menjadi BBB Negatif.
Jangan Jangan Asing Keluar Karena Tahu Status Ini ?
Pekan lalu terjadi tarik menarik kekuatan bull dan bear yang sedikit dimenangkan oleh the BEAR. Index turun tipis -0.3% sepanjang sepekan. Kamis dan Jumat menjadi hari yang menarik karena kondisinya saling menegasikan. Kamis turun -3.1% dibalas dengan kenaikan Jumat +3.4%. Minggu ini diawali dengan berita buruk tentang ‘semi downgrade’ status Republik Indonesia oleh S&P dari BBB Stable menjadi BBB Negatif. Apakah status akan buat loyo pembukaan market hari Senin ? Kita liat bersama ulasannya
4 + 1 Katalis Tentukan Pergerakan Bursa Selama Sepekan
Lanjutkan trend konsolidasi selama 5 pekan, index tetap bergerak dalam rentang 3911 – 4904. Belum ada push yang signifikan terhadap IHSG apalagi berita baik dan berita buruk bergantian jadi katalis untuk naik turunkan index. Ada 4 jenis katalis berita : pandemi COVID, stimulus, harapan obat dan resesi. Tinggal 1 jenis katalis yang belum muncul di market lokal terkait dengan performa emiten Q1-2020. Saat ini pun faktor emiten yang bisa menjadi katalis hanya pembagian dividen laba tahun 2019 yang mulai dibagikan pasca RUPST seperti pada saham BBCA PTRO BTPS dan BNGA.
Sepanjang sepekan lalu index 3x tutup di zona merah dan 2x di area hijau. Namun ada 1 hal yang pasti minggu lalu : asing masih konsisten lakukan aksi jual hingga capai -2.97 trilyun di pasar regular. Tidak peduli market naik atau turun, actionnya cuma 1 : JUALAN. Hal ini menambah pressure outflow asing sepanjang bulan April ini hingga mencapai -5.15 trilyun. Hampir setengah dari penjualan ini terjadi di sektor FINANCE : -2.47 trilyun. Lalu berturut turut INFRASTRUCTURE -715 milyar dan TRADE -473 milyar. Hanya sektor AGRI yang outflow nya dibawah -30 milyar, ini pun terjadi karena universe sahamnya relatif sedikit dan transaksinya pun tidak banyak
BBCA BBRI ASII BMRI Dominasi Outflow
Sepanjang periode sepekan lalu tiga tiga saham perbankan unggulan dan satu jawara aneka industri menjadi yang paling banyak dilepas asing. Total nilai saham yang dilepas lebih dari -1.8 trilyun dengan rincian sebagai berikut : BBCA -634 milyar, BBRI -624 milyar, ASII -365 milyar dan BMRI -271 milyar.
Bila kita hitung hingga awal April 2020 maka total outflow BBRI menjadi yang paling tinggi. Nilainya fantastis lebih dari 4x outflow ASII yang capai -438 milyar. Saham bank BUMN yang fokus pada kredit mikro dan UMKM ini dibuang asing hingga capai -1,7 trilyun. Menemani BBRI dan ASII ada PGAS -284 milyar, BBCA -261 milyar dan TLKM -200 milyar. Semuanya alami net sell yang cukup signifikan di pasar regular.
Keluarnya asing di saham saham unggulan tadi membuat YTD blue chip alami koreksi yang signifikan. Ambil contoh saja BBRI harganya terpangkas -35.7%, ASII -45.1%, BBCA -18.8%, TLKM -18.6% BMRI -42.9% dan BBNI -47.0%.
Sektor BASIC-IND Jadi Juara Bulan Ini
Turunnya saham saham perbankan besar membuat sektor FINANCE menjadi LOSER di bulan April ini dengan terpangkas -3,53% saat IHSG masih tumbuh tipis +0.33%.
Namun juara dari semua sektor adalah BASIC-IND yang tumbuh signifikan +12.35%. Hal ini tak lepas dari meroketya saham saham unggulan seperti TPIA BRPT INKP dan TKIM di bulan April ini. Bahkan TPIA tumbuh +46.67% disusul BRPT +30.20% dan INKP TKIM rata +26%.
Hal yang sama namun tidak terjadi di saham yang berasal dari industry poultry dan cement yang justru banyak terpukul harganya selama bulan April ini. Saham CPIN INTP dan SMGR turun lebih dari -11% sedangkan JPFA hanya terkoreksi tipis -2.72%. Kontras dengan pertumbuhan saham saham industry kimia dan pulp paper yang justru malah naik lebih dari +26% di periode yang sama
S&P Semi Downgrade Status Indonesia
After market di hari Jumat muncul berita yang sedikit kurang enak terkait ‘semi downgrade” status Indonesia oleh S&P menjadi BBB dengan outlook Negatif. Walaupun status investment grade Indonesia tidak terpangkas namun outlooknya turun dari Stable menjadi Negatif.
Sebenarnya dengan kondisi Bencana Nasional terkait pandemi COVID, penurunan rating ini menjadi sesuatu yang wajar. Tidak hanya Indonesia yang alami cutting ini. Negera seperti Inggris, Malaysia, England, Hongkong, Mexico, Kuwait dan Oman pun alami hal yang sama.
Gubernur Bank Indonesia pun sampaikan bahwa semi downgrade menjadi outlook Negative ini bukan cerminan dari permasalahan fundamental ekonomi Indonesia. Lebih dipicu kekhawatiran dari pemeringkat bahwa ada resiko pemburukan kondisi eksternal yang akan pengaruhi fiskal Indonesia karena pandemi ini. Upaya pemerintah untuk lakukan shifting anggaran, pemberian stimulus dan pelonggaran defisit anggaran dari 3% menjadi 5% bisa menjadi pemicu masalah fiskal tadi.
Mungkin inilah jawaban dari semua pertanyaan kenapa asing ramai lakukan net sell khususnya dari saham saham perbankan. Jangan jangan karena mereka sudah tahu duluan bahwa akan ada pemangkasan rating seperti ini.
IHSG Masih Terkonsolidasi
Belum adanya signal positif di market membuat IHSG masih akan bergerak terkonsolidasi. Masih tingginya penambahan pasien COVID positif dan meninggal menjadi top topik di masyarakat. Belum lagi perluasan PSBB yang mulai akan dilakukan di Bandung dan Jawa Timur (Surabaya Gresik dan Sidoarjo) akan beri beban baru buat pemulihan ekonomi.
Lagging indicator MA tunjukkan IHSG masih diatas support pendek EM7 4481 dan MA20 4610. Namun karena masih berimpitan dan candle masih naik turun di area tersebut tandakan kenaikan masih belum solid. Selain itu untuk leading indicator Stochastic masih lebih dominan kekuatan penjual walaupun masih diatas level 50 mid-overbought. MACD Histogram cenderung sedikit mengarah ke negatif walaupun belum deadcross.
Beberapa saham yang bisa diperhatikan untuk trading cepat hari ini : INCO BBRI SCMA ICBP EXCL BBNI PWON TLKM ASII TBIG HMSP TOWR BBTN TKIM ERAA dan TPIA
Tone dan Manner Hari Ini : S&P Downgrade Outlook Jadi Negatif. IHSG Akan Kempes ?
Support – Resisten : 4427 – 4687
*********
Salah satu ilmu tertua dari analisis perdagangan saham harian adalah membaca antrian atau order book yang ada di Online Trading
Hal ini bisa menggambarkan psikologi market hari itu apakah lebih banyak terjadi interest untuk penjualan atau pembelian.
Ilmu yang diberi nama Tape Reading atau Baca Bid Offer ini adalah suatu teknik yang mutlak dimiliki oleh seorang trader harian (intraday trader) yang ingin mendapatkan profit cepat dari jual beli saham di hari yang sama.
Banyak hal yang bisa digali dari membaca bid offer ini mulai dari kekuatan demand dan supply, support dan resisten hingga melihat adanya pola tekanan jual dan dorongan beli.
Develop Skill untuk Intraday atau Scalping Trading bersama Satrio Utomo
Klik link pendaftaran di link Loket.COM >>>> https://www.loket.com/event/sahamologybidoffer
*******