Psikologi Pasar Ketika Market Alami Kondisi Bottom
- 15 March 2020
- 0
Mereka yang membuat IHSG level 4650 sebagai targetnya, mereka akan selalu bertanya-tanya: MARKET BOTTOMNYA KAPAN INI? . Kita pelajari bersama psikologi pasar ketika market alami kondisi bottom
Ditengah Krisis Virus Corona yang sedang berlangsung ini, pergerakan harga berlangsung dengan volatilitas tinggi. Koreksi dalam, diikuti oleh rebound yang sangat kuat. Rebound yang sangat kuat, kemudian diikuti oleh koreksi, atau bahkan crash yang sangat dalam, semua berlangsung silih berganti. Buat para Nyangkuters, mereka biasanya hanya bisa pasrah. Akan tetapi, buat para Trader yang sudah sempat exit sebelum harga mengalami kejatuhan, buat para Investor yang masih memiliki banyak peluru (dana cash) di rekening depositonya, buat mereka yang membuat IHSG level 4650 sebagai targetnya, mereka akan selalu bertanya-tanya: MARKET BOTTOMNYA KAPAN INI? . Kita pelajari bersama psikologi pasar ketika market alami kondisi bottom
Psikologi Pasar dalam Elliot Wave
Trading saham itu adalah sebuah permainan otak. Trading saham itu seperti permainan catur atau bridge, bukan seperti pemain yang membutuhkan tenaga seperti angkat besi atau atletik. Dalam sebuah permainan otak, yang kita harus miliki adalah strategi. Kita harus memahami ‘apa yang ada dibalik langkah’, untuk bisa memenangkan pertandingan. Kita harus memahami kondisi psikologis dari pelaku pasar dan pergerakan harga, jika ingin memperoleh profit. Salah satu pemetaan psikologi pasar yang sudah pernah dilakukan, adalah dengan menggunakan Teori Elliot Wave.
Peta yang terbaik dalam memahami kondisi dari psikologis pasar adalah yang dibuat oleh Robert Prechter dalam menjelaskan Elliot Wave Theory. Peta itu menggambarkan kondisi psikologis pasar dalam 5 bagian. Karena tulisan ini hanya kita khususkan mengenai Psikologis Pasar KETIKA Market sedang berada dalam Bottom, saya hanya akan membahas psikologis pasar ketika harga berada di Bottom hingga akhir dari wave ke 2.
Bottom : Ketika Kondisi ‘Masih’ Buruk
Bottom dari market, posisi terendah dari sebuah trend turun itu, terjadi ketika semua berita masih buruk. Keberadaan dari ‘hal yang baik’ benar-benar jadi pertanyaan, semua orang/perusahaan masih mencoba untuk bertahan hidup, hidup atau matinya masih tidak jelas. Keadaan benar-benar penuh duka nestapa, peperangan masih terjadi, dan hal-hal lain yang masih jelek-jelek pokoke. Berita jelek memang masih memenuhi market, itu adalah kondisi ketika market bottom.
Wave 1 : Ketika Harga mulai Rebound
Wave 1 adalah ketika rebound mulai terjadi dari kondisi terburuk, dari kondisi keterpurukan. Disini, harapan mulai muncul, tanda-tanda kehidupan mulai nampak. Tapi harga belum naik terlalu banyak, baru sebatas ‘harga naik’, kondisi fundamental emiten dan berita masih buruk.
Wave 2 : Menguji Titik Terendah (Testing Lows)
Setelah harga mengalami rebound pada Wave 1, harga kembali bergerak turun untuk menjemput titik terendah dari Wave ke 2. Nah.. pada titik terendah dari Wave ke 2 ini, ada kejadian menarik yang sebenarnya ‘sering gagal dipahami’ oleh mereka yang hanya memandang market ‘tanpa kaca mata Elliot wave’ : Pada bottom pada titik kedua, berita atau kondisi fundamental sering kali lebih buruk daripada ketika awal dari wave 1, lebih buruk dari ketika harga mencapai titik terendah atau bottom, TAPI harga tidak mencetak titik terendah yang baru.
Pada Wave 2, Berita atau Kondisi Fundamental berada dalam kondisi yang lebih buruk dari saat awal Wave 1, saat Bottom, tapi harga tidak mencetak titik terendah yang baru, tidak bikin new low dibandingkan ketika Bottom.
Emang Penting ya kita tahu Psikologis Wave 2 ini?
Akhir dari Wave 2, adalah awal dari Wave 3. Wave 3 ini, adalah trend paling kuat yang terjadi dalam sebuah rangkaian wave yang terdiri dari 5 wave seperti yang ada pada gambar diatas. Artinya: kalau kita terlambat dalam mengambil posisi (posisi beli ketika trend naik atau posisi jual ketika trend turun), kita sering kali merasa kecewa, dongkol. Gimana gak dongkol : gagal beli di harga terendah, mana setelah itu harga naik tinggi banget. Atau: gagal jual ketika harga mengalami dead cat bounce.. padahal setelah itu harga turun jauuuuuuh banget ke bawah. Pasti KZL.. kezel… kecewa habis.
jadi.. supaya kita tidak ‘ketinggalan kereta’, tidak ‘gagal melakukan posisi beli atau jual di awal dari trend naik atau trend turun’ yang sangat kuat, kita harus tahu kondisi psikologis pasar di akhir dari wave 2 ini
Jadi… Apakah kondisi market saat ini sudah Bottom?
Sulit untuk menjawab pertanyaan tersebut. Mungkin saya akan menyampaikannya pada tulisan yang akan saya buat pada Senin pagi. Secara.. indeks Dow Jones Industrial pada hari Jumat, sebenarnya memberikan signal bahwa indeks tersebut mengalami bottoming. Akan tetapi, perkembangan terakhir yang terjadi di tanah air, menunjukkan bahwa berita-berita jelek, masih terus memunculkan diri. Berita terakhir seperti Menteri Perhubungan Budi Karya ternyata terjangkit Covid19 misalnya, sepertinya adalah sesuatu yang belum terdiskon atau belum terfaktorkan dalam pergerakan harga. Belum lagi langkah Pemerintah untuk menetapkan Virus Corona sebagai Bencana Nasional, adalah berita yang belum direspon pasar ketika perdagangan hari Jumat. Kita harus melihat responnya pada perdagangan Jumat pagi.
So… berita jelek terkait wabah Virus Corona ini masih terus bermunculan. Pertanyaannya adalah: apakah berbagai berita jelek itu mampu membuat IHSG bergerak turun hingga mencetak titik terendah baru dibawah level 4639, level yang menjadi titik terendah IHSG pada hari Jumat 13 Maret 2020 kemarin? Saya juga tidak tahu jawabannya. Yang jelas: kalau ternyata semua berita jelek itu tidak bisa membuat IHSG mencetak new low.. bisa jadi titik terendah kemarin itu adalah bottom dari trend turun pada IHSG kali ini. Bisa jadi krisis Virus Corona ini, memang sudah berakhir. Mari kita nantikan jawabannya pada beberapa hari perdagangan kedepan.