Saya seringkali bertemu dengan beberapa orang yang menanyakan “Kenapa Hasil Trading dan Investasi Saya Tidak Optimum?”

Tidak optimum dapat diartikan luas mulai dari tidak mendapatkan profit sesuai target atau bahkan lebih banyak merugi ketimbang menikmati keuntungan.

Saya seringkali bertemu dengan beberapa orang yang menanyakan “Kenapa Hasil Trading dan Investasi Saya Tidak Optimum?”

Tidak optimum dapat diartikan luas mulai dari tidak mendapatkan profit sesuai target  atau bahkan lebih banyak merugi ketimbang menikmati keuntungan.

PENYEBAB TRADING SAHAM TIDAK OPTIMAL

Berdasarkan pengalaman, saya menemu kenali  ada dua masalah utama yang dihadapi oleh trader dan investor yang tidak memperoleh hasil transaksi secara optimal  : masalah WAKTU dan masalah JUMLAH DANA

WAKTU disini berkaitan dengan kapan saat yang tepat untuk masuk (keputusan membeli) dan keluar (keputusan menjual). Sedangkan JUMLAH DANA berkaitan dengan penempatan dana pada saham yang dibeli dalam portfolio.

Mari dibahas satu per satu

PENGABAIAN SISTEM & ANALISIS

Masalah WAKTU  terjadi karena pengabaian terhadap sistem hasil analisis yang diberikan sehingga lebih mengedepankan intuisi atau perasaan untuk pengambilan keputusannya jual dan beli saham.

Ketika hasil analisis sudah memberikan indikasi signal beli, kadangkala kita tidak langsung melakukan perencanaan untuk aksi belinya. Cenderung  wait and see karena tidak yakin akan informasi hasil analisa.

Setelah beberapa hari dan saham terbukti naik baru mereka percaya lalu mengambil keputusan untuk membeli. Bisa saja pada saat mereka mulai membeli analisa sudah keburu basi, harga sudah naik tinggi dan ada  kemungkinan sudah mendekati area realisasi keuntungan atau profit taking.

Salah satu contoh adalah saham MASA yang pada tanggal 2 Oktober 2018 sudah muncul signal buy yang ditandai oleh panah hijau (GREEN ARROW) pada sistem TETRA X CHANGE.

Banyak yang cenderung mengabaikan tidak melakukan pembelian di hari berikutnya. Namun setelah harga sudah mencapai level 464 barulah mereka mulai melakukan pembelian.

Padahal bila mereka mengikuti arahan hasil analisa harga beli di kisaran 354-358 berikan keuntungan yang lebih optimal

Ada juga orang yang tidak segera percaya ketika hasil analisa menunjukkan sebuah saham akan mengalami koreksi dan berkecederungan turun. Sinyal yang diberikan untuk lakukan reduksi atau pengurangan posisi diabaikan. Kecenderungan  berharap bahwa koreksinya tidak akan lama. Setelah saham nya makin turun baru percaya dan melakukan pembatasan resiko/cut loss.

Contoh pengabaian ketika saham turun adalah saham INKP. Pada tanggal 28 September saham ini muncul signal untuk reduksi ditandai dengan panah merah (RED ARROW) pada sistem TETRA X CHANGE. Bila saham tersebut dijual di harga antara 17050-17575 keesokan harinya maka kerugian yang diterima tidak akan besar. Berbeda  bila masih mempertahankan saham tersebut di harga 12250 dalam penutupan hari Selasa 16 Oktober 2018.

MENEMPATKAN DANA DI SAHAM YANG SALAH

Masalah JUMLAH DANA terkait dengan strategi penempatan dana dalam portfolio. Kadang kala  trader salah dalam melangkah : menempatkan terlalu banyak dana pada LOSING STOCK (Saham Kalah) dan menempatkan terlalu sedikit pada WINNING STOCK (Saham Pemenang)

LOSING STOCK biasanya ditandai dengan harga yang berkecenderungan turun atau DOWNTREND. Cara paling mudah mengidentifikasinya adalah dengan melihat posisi harga yang sudah dibawah garis Moving Average nya.

Kebanyakan orang berasumi setelah dia membeli saham dan harganya turun maka saham tersebut sudah terdiskon. Muncul impulse untuk melakuan pembelian kembali atau Averaging Down sehingga jumlah sahamnya semakin banyak. Ini berarti resikonya semakin besar.

Ketika harga makin turun maka nilai yang dinvestasikannya akan terus berkurang.WINNING STOCK ditandai dengan harga yang berkecenderungan naik atau UPTREND, biasanya diidentifikasikan dengan harga yang sudah diatas garis Moving Average nya

Kebanyakan orang berasumsi bahwa setelah dia membeli saham dan harganya naik maka tidak perlu melakukan pembelian lanjutan. Walaupun harga nya berpotensi untuk terus meningkat namun mindsetnya adalah “harganya sudah semakin mahal dan kemahalan”. Padahal saham tersebut belum mendekati target resistennya dan masih ada peluang untuk melakukan penambahan modal di saham tersebut.

Sebagai Trader dan Investor hendaknya bersikap rasional terhadap analisa dan informasi. Menggunakan analisa dan informasi untuk pengambilan keputusan akan relatif lebih mudah dipertanggungjawabkan untuk kepentingan evaluasi trading di kemudian hari.

Artikel ini ditulis oleh Luke Syamlan